Semarang – Tim KKN kelompok 10 yang berkolaborasi dengan Pondok Pesantren Darul Falah Besongo Semarang mengadakan kajian tafsir maudhu’i yang bertempat di Masjid Raudlatul Jannah, dengan KH. Imam Taufiq sebagai narasumber yang menjelaskan tema ‘Santri Kaya, Why Not?’ , Sabtu (7/11/2021).
Tema tersebut diangkat karena jika menilik dari sejarah, dimulai dari abad 16 H saat kerajaan Islam banyak yang hancur sehingga orang-orang Eropa menguasai dan menjajah dunia termasuk di Indonesia, umat Islam seringkali dipandang miskin. Sedangkan pada kenyataannya, umat Islam sekarang telah mengalami perkembangan, termasuk dalam ranah pesantren dan santri.
“Kami dari tim KKN ingin mendobrak pandangan yang mengatakan bahwa umat Islam itu miskin. Terkhusus sebagai santri, kami ingin menyuarakan bahwa santri juga kaya. Nah, definisi kaya itu sendiri bagus sekali jika dikaji melalui tafsir maudhu’i dalam kegiatan ini”, ungkap Rahma, Mahasiswa KKN Kelompok 10.
Selanjutnya dalam penyampaian kajian tafsir yang juga disiarkan secara daring melalui Instagram KKN RDR Kelompok 10 dan Youtube PP. Dafa Besongo ini, KH. Imam Taufiq mengatakan bahwa kaya yang terbaik adalah kaya dari hati. “Orang yang kaya hati adalah orang yang Qona’ah. Orang tersebut tidak lagi tamak dan tidak akan mengharapkan sesuatu yang tidak jelas. Karena kaya menjadikan seseorang syukur bukan malah kufur”, tambahnya.
Mengutip firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 37, KH. Imam Taufiq mengartikan bahwa hidup yang baik itu harus seimbang. Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama baik laki-laki dan perempuan dalam beramal shalih dan akan tercipta hidup yang baik dengan harta yang digunakan untuk beramal shalih.
Mengutip dari hadits nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Pengasuh Pondok pesantren Darul Falah Besongo itu juga menjelaskan bahwa harta yang terbaik adalah harta yang dimiliki oleh orang-orang shalih.
“Mari ikhtiari diri kita untuk selalu bermanfaat bagi orang lain salah satunya dengan beramal shalih” tutupnya di akhir pengajian.