Ibu Ndofir penjual ” Nasi Menir” Pertigaan Gerdu Jepara
Jepara – Ada banyak kuliner jadul yang saat ini masih dijual. Selain rasanya yang masih akrab di lidah juga sebagai obat rindu makanan lama. Salah satu makanan jadul yang saat ini masih digemari adalah Nasi Menir Lauk Urapan dan Gereh. Menir adalah beras kecil kecil yang didapat ketika kita mengayak beras. Sedangkan Urapan adalah campuran berbagai sayuran dengan bumbu dan diberi kelapa. Sedangkan gereh adalah ikan asin .
Nasi Menir ini biasanya untuk sarapan pagi dulu menu favorit yang dimana mana ada . Namun sekarang penjual nasi menir ini jarang. Penyebabnya selain penggemarnya yang semakin turun juga membuatnya terlalu repot. Sehingga sudah jarang oaring yang menjual nasi menir ini.
Namun di desa Gerdu kecamatan Pecangaan masih ada satu penjual yang menjuak Nasi menir koplit dengan urapan dan ikan gerehnya. Namanya ibu Ndofir yang membuka lapak di sebelah selatan pertigaan atau tugu Bebek. Dilapak sederhana ibu ndopir menjual sarapan nasi menir ini dan juga ketan srundeng. Bukanya pagi hari mulai jam 6 sampai dengan jam 9 pagi.
“ Dulu saya jualan di pasar Kedungmutih Demak yang cukup jauh dari sini. Sekarang pindah ke sini dekat dengan rumah . Ahamdulillah laris setiap hari masih banyak yang suka nasi menir ini “, kata ibu Ndofir pada kabarseputarmuria Minggu (5/9)
Ibu Ndofir mengatakan , satu porsi nasi menir ia jual Rp 3.000 terdiri dari nasi , urapan , sambal dan ikan gereh. Selain itu ia juga menjual ketan putih dengan srundeng yang juga enak rasanya. Untuk ketan srundeng ia jual perporsi Rp 2.000. Setiap harinya ia mangkal di dekat jembatan di temani ibu Rasilah tetangganya yang jualan gethuk.
“ Alhamdulillah setiap hari selalu habis , apalagi jika hari Jum’at dan Minggu banyak warga yang jalan jalan . Tidak hanya warga Gerdu saja yang beli kesini banyak pesepeda yang lewat mampir membeli nasi menir ini “, kata ibu Ndofir lagi.
Meskipu makanan jadul namun menurut ibu Ndofir banyak penggemarnya terutama orang tua. Tidak hanya warga desa Gerdu sja yang belanja di lapaknya , tetapi tetangga desa banyak yan naik motor atau mobil datang ke lapaknya. Hal ini membuat ia bersemangat untuk membuat nasi menir setiap harinya. Bahkan jika hari Minggu ,Jum’at atau libur dagangan habis sebelum jam 9 pagi.(Muin)