Ilustrasi Politik Uang dari Liputan6.com
Demak – Hari Rabu tanggal 9 Desember 2020 adalah Pesta Demokrasi untuk warga Demak. Pada Hari itu di gelar Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Demak . Ratusan ribu pemilih di Demak diharapkan untuk menggunakan hak pilihnya dengan mendatangi TPS di desa Masing-masing. Kedatangan mereka menentukan jalannya Pemerintah Demak lima tahun ke depan.
Ada kebiasaan yang belum bisa hilang sampai sekarang bila ajang Pilkada ini juga dijadikan ajang sebagai bagi bagi amplop. Mulai dari pemilihan RT , BPD , Kepala Desa , Anggota DPR/DPRD dan tak pelak juga pemilihan Bupati dan wakil Bupati juga diharapkan oleh warga untuk mendapatkan amplop.
Besarnya nilai amplop bervariasi untu kelas RT misalnya puluhan ribu , untuk kelas Pilkades /Petinggi mulai puluhan hingga ratusan ribu , begitu pula pilihan legislative dan pilihan Kepala Daerah. Saat ini semua itu diharapka adanya amplop dalam rangka pemilihan tersebut.
Warga masyarakat ada yang bilang bahwa pilihan tanpa amplop seperti masakan yang kurang garam jadi kurang sedap atau ada yang kurang. Warga mengatakan adanya amplop tersebut adalah sekedar pengganti uang lelah atau penggganti uang kerja selama sehari . Namun semikian ada juga yanvg mengatakan uang amplop itu merupakan uang sogokan.
Sebenarnya amplop dalam sertiap pemilihan jabatan itu dulunya hanya umjum di pemilihan Kepala Desa saja. Karena sejak dulu jabatan Kepala Desa adalah jabatan prestige yang dipilih oleh rakyat semenjak jaman colonial dahulu. Sedangkan amplop di pemilihan Legislatif , Bupati atau diatasnya baru saja terjadi setelah era reformasi.
Sebelum era reformasi semua pemilihan umum tidak memilih orang secara langsung . Pemilihan umum hanyalah memilih partai saja sedangkan orang yang duduk di legislative yang menentukan adalah Partai. Begitu juga jabatan Bupati , Gubernur hingga presiden bukan rakyat yang meimilih namun anggota Dewan ata legislative.
Namun setelah era reformasi rakyat diberikan hak untuk memilih wakil dan pemimpinnya secara langsung . Sehingga sekarang rakyat yang menjadi penentu duduknya seseorang dalan jabatan anggota Dewan atau Pimpinan suatu Daerah . Inilah yang menjadikan posisi tawar rakyat cukup tinggi sehingga siapa yang bisa menarik hati rakyat dialah yang berpeluang untuk mewakili dan memimpin.
Nah inilah kesempatan yang digunakan oleh para calon legislative atau calon kepala daerah bagaimana mereka bisa mempengaruhi rakyat untuk memilih mereka. Salah satunya adalah dengan money politik atau Politik uang. Meskipun dengan segala cara untuk meminimalisir hal tersebut namun sampai saat ini masih belum bisa hilang.
Bahkan di desa desa jika waktu mendekat pemilihan ,mereka berharap ada orang yang membagikan amplop dengan dalih sebagai pengganti uang tidak bekerja sehari . Sehingga para timses tingkat desapun berharap ada amplop yang mereka bagikan kepada pemilih seperti layaknya pilihan Kepala Desa atau Petinggi secara terang-terangan dari rumah kerumah .
Untuk saat ini realita dilapangan rakyat atau warga secara umum masih berharap adanya amplop atau uang lelah sebagai pengganti kerja. Sehingga bagi timsesnya yang sudah jauh jauh hari mempersiapkan prediksi kemenangannya cukup besar. Namun tidak menutup kemungkinan bagi timsesnya yang tidak membagikan amplop ada kalanya unggul karena factor X.
Nah kita tunggu tanggal 9 Desember nanti siapa yang unggul yang timsesnya membagikan amplop atau tidak . Meskipun ada amplop atau tidak pemilihan tetap berjalan sesuai rencana dan pasti ada pemenangnya. ( Redaksi )