Demak – Salah satu hasil laut yang kini mulai di buru nelayan kecamatan Wedung adalah Teripang. Bentuknya tak beraturan dan terkesan menjijikkan berbentuk lonjong berduri. Jika di potong kepalanya mengempis jadi kecil. Dulu hewan laut ini ibarat gulma sehingga jika masuk ke alat tangkap langsung di buang .
Namun siapa sangka hewan yang menjijikkan ini mempunyai nilai ekonomis tinggi . Setelah kering menjadi komoditas ekspor yang menjanjikan dengan harga yang lumayan tinggi. Sehingga Teripang ini mulai di buru nelayan dengan alat yang dibuat khusus untuk menangkap teripang. Banyak pengepul hasil laut yang mulai membeli teripang hasil tangkapan nelayan kemudian dikeringkan.
Salah satu pengepul teripang adalah Fahrur Razi warga RT 03 RW 03 desa Kedungkarang kecamatan Wedung . Setiap harinya ia membeli teripang yang di tangkap nelayan warga desa Kedungkarang dan sekitarnya. Di gubugnya pinggir sungai Serang setiap hari ia mengolah teripang basah menjadi teripang kering . Setelah kering betul kemudian dimasukkan box plastic lalu dipaketkan ke Jakarta.
“ Setiap tiga kali sehari saya kirim teripang kering ke bos di Jakarta dengan box steroform satu box berisi sekitar satu kwintal . Sekali kirim kadang empat box kadang juga 6 box tergantung perolehan hasil nelayan . Kita kirim ke Jakarta via ekspedi dari Demak ke Jakarta “, kata Farkhrurrazi pada kabarseputarmuria yang melihat dari dekat pengolahan teripang.
Pengolahan teripang menurut Rozi tidak sulit , teripang basah setelah ditimbang kemudian dibersihkan. Teripang bersih kemudian dipotong kepalanya dan dikeluarkan isi perutnynya. Setelah itu di cuci kembali setelah bersih lalu di rendam dalam garam selama empat jam. Usai direndam dalam garam baru di keringkan di sinar matahari sampai kering betul. Setelah kering baru di kemas dalam box dan siap kirim ke Jakarta.
“ Ya karena perolehan nelayan tidak tentu ya kita kumpulkan dahulu . Setelah banyak lalu kita olah . Untuk pengupasan teripang ini kita serahkan ibu ibu disini . Untuk penggaraman dan pengeringan saya tangani sendiri agar memperoleh hasil yang maksimal “, tambah Fahrur Rozi .
Karena masih prospektif untuk dikembangkan maka ia membeli alat tangkap teripang khusus yang diberikan pada nelayan secara kredit . Per alat harganya sekitar lima juta rupiah tahap awal ia membeli tiga . Alat tersebut di operasikan nelayan mitra kerjanya yang memasok hasil laut seperti rajungan dan udang sikat.
“ Dengan permintaan teripang kering yang masih tinggi saya yakin para nelayan bisa mengembalikan pinjaman berupa alat tangkap teripang. Kalau tidak kita beri modal nelayan sulit memperoleh modal untuk beli alat. Selain itu mereka masih juga menangkan rajungan dan udang sikat “. Kata Fakhrur Rozi lagi. (Muin)