Kandang Itik Petelur Mbah Hasyim Sederhana sekali karena keterbatasan modal

Jepara- Desa Kaliombo kecamatan Pecangaan selain daerah pertanian padi ada juga warganya yang berprofesi sebagai peternak . Salah satunya adalah ternak itik petelur yang menghasilkan telor sebagai bahan baku ,roti ,jamu dan diasinkan jadi telor asin.

Salah satu warga desa yang jadi cikal bakal peternak itik adalah Mbah Hasyim (60) yang mempunyai tempat tinggal di belakang SD Negeri Kaliombo. Jika dihitung sudah lebih 50 tahun dia beternak itik petelur.Saat ini ada 400 itik yang dipelihara setiap harinya yang mulai bertelur sejak tiga bulan yang lalu.

” Kalau saya beternak itik ini sudah lama ada 40 tahunan ,sejak berumah tangga saya mulai ternak itik sampai sekarang.Dulu kandang dekat rumah namun karena suasana dalam kampung mulai ramai .Sayapun memindah kandang di pinggir jalan ini .Jauh dari pemukiman warga “,aku Mbah Hasyim pada kabarseputarmuria yang mampir di kandangnya Sabtu (15/8).

Dulu ketika masih muda dulu ia ternak itik pernah mencapai seribu ekor.Namun karena tenaganya yang terus berkurang iapun mengurangi jumlah itiknya. Selain itu modal yang ia punya semakin berkurang . Sehingga ia sering meminjam modal untuk meremajakan itiknya dengan cara angsuran.Ia meminjam modal biasanya untuk meremajakan itik itik yang sudah tua dan tidak bertelur lagi.

Mbah Hasyim memotong motong ikan rucah untuk pakan itik

” Modal untuk ternak itik petelur ini lumayan banyak satu ekor itik siap telor per ekor Rp 85 ribu kalau 400 ekor paling tidak kita butuh modal 40 jutaan dengan kandangnya.Jadi saya sering pinjam uang untuk modal tapi dari penjualan telor ini bisa lunasin pinjaman “,tambah Mbah Hasim yang dibantu satu orang tenaga .

Dari beternak itik petelur selama ini dari keuntungannya Mbah Hasyim bisa membiayai kebutuhan rumah tangga ,kebutuhan sekolah anak dan bisa membeli tanah. Oleh karena itu sampai saat ini Mbah Hasyim tetap menekuni usaha ternak itik ini meski harus pisah dengan keluarga karena kandangnya jauh dari rumahnya.

Tanah kandang itik yang ia tempati ini adalah tanah negara di pinggir jalan raya Pecangaan – Kedung.Karena keterbatasan modal kandang itiknya juga seadanya. Hanyalah tanah yang dilingkari waring dan atapnya terbuat dari plastik PP. Setiap pagi hingga malam ia tinggal dan tidur di dekat kandangnya dengan kondisi tempat tidur seadanya. Jika panas kepanasan dan hujan juga kehujanan.

” Inginnya sih buat kandang semi permanen jika jaga itik disini kalau hujan tidak kehujanan.Gimana lagi dulu pernah dapat bantuan bibit itik dari pemerintah .Tapi itu sudah lama sekali.Mudah mudahan nasib kami disini diperhatikan oleh pemerintah “,harap Mbah Hasyim

Mbah Hasyim peternak itik asal desa Kaliombo ini merupakan peternak yang tahan banting. Meski dalam Pandemi Covid 19  usahanya tetap jalan. Sehari dari 400 itiknya bisa panen telor 300 – 350 butir .Saat ini harga telur perbutir ya Rp 2.000 sehingga sehari ia dapat pemasukan kotor Rp 700 ribu. Sedangkan pengeluaran untuk belanja ikan sekitar Rp 140 ribu ,pakan lainnya 160 ribu ,tenaga kerja Rp 100 ribu dari sisa penjualan telor bisa untuk angsur hutang dan biaya hidup serta menabung.

” Nah untuk kandang disini saya mohon kepada pemerintah selama tanah tidak dibutuhkan biar kandang saya disini.Jika dibutuhkan saya siap pindah .Saya disini juga cari makan seperti yang lainnya”,kata Mbah Hasyim menutup sua.