Demak – Bagi pasangan Junaidi – Sriyati warga RT 01 RW 03 desa Kedungmutih kecamatan Wedung hidup adalah perjuangan yang harus dijalani. Meski dalam hidup yang serba kekurangan namun cita cita mempunyai anak sekolah tinggi apapun harus dijalaninya. Dari perjuangan itulah kini telah berbuah manis sejak putri satu satunya lulus sebagai perawat dari STIKES Muhammadiyah Kudus . Dan kini telah bekerja di Rumah Sakit Aisyiah Kudus.
“ Awal menguliahkan anak belum tahu biayanya dari mana , namun semua saya pasrahlan kepada Allah SWT. Sehingga ketika Jumiatun anak saya lulus dari SMA minta kuliah jurusan Keperawatan saya hanya mengiyakan saja meski ketika itu belum ada uang “, aku Sriyati yang putranya hanya semata wayang pada kabarseputarmuria.com.
Beruntung ketika itu ada tanah tambak yang disewakan selama tiga tahun . Meskipun ia tidak punya uang langsung ia sanggupi soal pembayaran dipikir belakangan. Tabungan tak punya menjual barang juga tidak ada punyanya hanya sertifikat rumah saja. Sepakat dengan suaminya untuk pembayaran sewa tambak akhirnya sertifikat digadaikan sebuah koperasi di Jepara.
“ Setelah pencairan sewa tambak tiga tahun Rp 20 Juta saya lunasi , Bapaknya terus menggarap tambak untuk membuat garam . Alhamdulillah ketika itu harga garam cukup tinggi sehingga penjualan garam satu tahun dapat Rp 60 Juta rupiah . Utang di koperasi yang baru diangsur 5 bulan terus saya tutup . Sisanya bisa untuk pembayaran kuliah anak saya satu tahun “, kata Sriyati .
Penggarapan tambak tahun kedua hasilnya memang tidak sebagus tahun pertama . Namun dari penjualan garam sisa yuntuk makan harian masih tersisa Rp 40 Juta . Sehingga tahun kedua itu ia bisa memperbaiki rumahnya . Sisa uang perbaikan rumah itu ia persiapkan untuk pembayaran kuliah anak untuk tahun kedua.
Selain suaminya menggarap tambah Sriyati juga mempunyai kesibukan mengkreditkan barang secara keliling. Pekerjaan itu ia jalani untuk menambah penghasilan suami khusunya untuk makan sehari hari dan juga biaya kos putrinya di Kudus. Modal awal ia ambil kredit di BKK sebesar lima juta rupiah .Kini modal yang ia putar sudah berlipat dari modal awal.
“ Semua itu saya jalani kerja keras suami kerja di tambak , saya keliling kredit barang barang dan Alhamdulillah awalnya modal pinjamn semua . Namun saya bersyukur selain putri saya lulus sebagai perawat , bisa memperbaiki rumah . SEperti mimpi saja saya punya anak Pderawat. Karena yang mampu saja jarang yang menguliahkan anak “, papar Sriyati.
Baginya seberapun biaya menguliahkan anak tidak menjadi halangan yang penting cita citanya terkabul mempunyai anak Kuliah di Perguruan Tinggi. Dengan Pendidikan anaknya itu masa depan putrinya lebih baik dari dirinya yang hanya sebagai tukang kredit dan ayahnya sebagai nelayan. Ini semua ia lakukan juga untuk memberikan motivasi kepada sesame warga desa seperti dirinya bahwa pendidikan sangatlah penting.
“ Kalau dipikir suami nelayan dan saya tukang kredit atau mindring punya anak kuliah di kesehatan suatu haol yang tidak mungkin karena biaya yang sangat besar. Namun karena tekad dan perjuangan saya berhasil mencetak anak sebagai Perawat “, tambah Sriyati.
Setelah anaknya lulus dan sewa tambak sudah habis , suaminya kini bekerja sebagai nelayan lagi dengan menjaring ikan dan Kepiting. Hasil dari penjualan ikan dan kepiting untuk makan seharti hari sekeluarga. Kini ia tidak lagi mengeluarkan biaya untuk kuliah anaknya dan kos bahkan anaknya kini sudah mendapat penghasilan untuk membantu kebutuhan keluarga.(Muin)emangat