Demak – Bagi Pak Muhdhon warga RT 03 RW 02 desa Tedunan kecamatan Wedung bertani merupakan pekerjaannya sejak dulu. Sehinggga suka dan duka sebagai petani sudah ia rasakan. Bagaimana ketika sawahnya menghasilkan hasil bagus dan harga gabah tinggi. Sebaliknya iapun pernah merasakan gagal panen menderita kerugian yang cukup banyak. Namun hal itu tidak menghentlkan pekerjaannya sebagai petani.
” Bagi saya bertani merupakan pekerjaan pokok. Setiap tahun sawah ini saya garap sendiri tak pernah saya sewakan. Selain bertani saya kadang mencari ikan dan juga menenun kain”, ujar pak Muhdhon pada kabarseputarmuria Senin (1/7).

Sebagai seorang petani pak Muhdhon tak takut rugi sehingga dalam kondisi apapun ia tetap meggarap sawahnya sendiri. Tanpa bimbingan PPL ia menanam padi secara autodidak. Sehingga jenis padi yang ditanamnya juga menurut selera. Jika ada jenis padi baru ia mencobanya. Begitu juga teknik pemupukan juga ia mempunyai cara sendiri. Meski dengan mencoba coba namun hasil padinya cukup bagus.

” Yang saya tanam ini padi jenis baru sini sampai sana bibitnya habis 3 bungkus. Harga perbungkusnya Rp 70 ribu. Namanya saya lupa ini hasilnya cukup bagus mudah mudahan air cukup kuat sampai panen “, tambah Mukhdon

Soal panen, pak Mukhdon mengatakan untuk panen MT I biasanya ia tebaskan dan ia terima uang tunai. Selain menghabiskan banyak tenaga juga hasilnya biasanya kurang bagus. Tetapi jika MT II biasa nya hasil gabah  bagus oleh karena itu dipanen sendiri dan dibawa pulang. Gabah itu tidak dijual secara langsung ,namun dijual jika butuh uang sewaktu waktu.

” Sebagai seoraang petani setiap waktu di rumah harus ada gabah sebagai taabungan. Jika butuh uang sewaktu waktu bisa langsung diuangkaan atau digiling jadi beras. Itu saya lakukan sejak dulu setiap waktu dirumah pasti ada gabah kering’, tambahnya.

Bertani menurut pak Mukhdon ada berkh tersendiri baginya , oleh karena itu setiap tahun ia pasti menggarap sawahnya. Selain hasilnya bisa untuk mencukupi kebutuhan harian , sisanya juga bisa digunakan untuk kebutuhan lain dalm keluarga. Untuk desanya kendala yang sering mengganggu adalah kurangnya air di musim tanam II atau gadu. Ia berharap pemerintah menormlisasi sungi SWD I di desa agar tandon air lebih banyak jika musim gadu. (Muin)