Demak – Inilah tahun tahun sulit bagi petambak garam di daerah Demak. Setelah harga garam terpuruk karena stok yang lebih dan juga impor masih jalan. Wabah Pandemi Corona ini membuat harga garam tambah terpuruk.Sulitnya transportasi akibat pembatasan wilayah terdampak corona membuat permintaan garam tak terpenuhi.Akibatnya harga jual garam ditingkat petambak terus turun.

Busri (52) petambak dan juga pengepul garam dari desa Kedungmutih kecamatan Wedung pada kabarseputarmuria mengatakan, mulai bulan April ini ia tidak bisa lagi mengirim garam keluar Demak. Ia mendapatkan surat himbauan dari Kepala Desa Kedungmalang untuk tidak mengangkut garam menggunakan truk besar dengan sopir orang luar. Surat yang ditandatangani Kepala desa dengan tembusan bhabinkamtibmas dan Babinsa itu ia taati meski pun hal ini membuat pendapatannya berkurang.

” Sebagai warga negara uang baik mau tidak mau saya ikuti himbauan tersebut.Akibatnya ya kita tidak bisa mengirim garam lagi ke luar Jawa.Permintaan sih ada tapi kita tak bisa kirim”, kata Busri yang lebih sepuluh tahun berdagang garam.

Busri menambahkan dengan tertutup nya akses pengiriman garam membuat harga garam kembali terpuruk.Kini garam dengan kualitas bagus perkilonya berkisar Rp 20-25. Sedangkan garam kualitas biasa harganya lebih murah lagi.Harga garam tahun ini paling rendah selama lima tahun terakhir ini.

” Tahun ini harga garam paling rendah dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Tahun lalu harga garam paling rendah masih dikisaran Rp 50-60 ribu.Bahkan tahun 2018 harga garam pernah mencapai Rp 250 – 300 ribu perkwintal “,tambah Busri.

Melihat kondisi ini banyak petambak atau pedagang garam yang rugi banyak karena turunnya harga garam.Yang paling besar kerugiannya adalah petambak atau pedagang garam yang menyimpan garamnya ketika harga tinggi. Termasuk dirinya lah yang juga menderita kerugian yang cukup besar karena simpanan garam tahun lalu masih banyak.(Muin)