Jepara – Desa Krasak kecamatan Pecangaan pernah jaya industry kecilnya yaitu pembuatan perhiasan dari Monel. Ketika itu hampir semua warga membuka usaha berbahan besi putih anti karat ini. Permintaan barang yang banyak membuat banyak pedagang menjalin mitra dengan pengrajin. Ketika itu perekonomian lancar dari rezeki monel .

Namun makin lama permintaan makin mengecil sehingga beberapa pengrajin mulai menutup usahanya . Satu dua pengrajin mulai gulung tikar karena permintaan barang yang tidak menentu. Mereka mulai melego peralatan membuat monel untuk membuka usaha lain yang lebih prospektif. Kini pengrajin monel di desa Krasak ini jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Salah satu pengrajin Monel di desa Krasak yang masih bertahan adalah Nuryanto . Dibantu istri dan anak laki laki sulungnya ia tetap menjalankan usaha pembuatan perhiasan monel. Produksi utamanya kini adalah cincin monel untuk anak-anak. Satu produk ini masih ia tekuni karena masih ada permintaan dari pengepul.

“ Dulu ketika booming perhiasan berbahan baku besi monel ini hampir semua tetangga saya ramai ramai membuat kerajinan dari monel. Namun setelah meredup tak ada permintaan maka merekapun beralih profesi. Saya masih bertahan membuka usaha ini karena tidak ada alternative pekerjaan lain “, papar Nuryanto di rumahnya pada kabarseputarmuria.

Nuryanto mengatakan ketika membuka usaha pembuatan monel ini ia termasuk belakangan. Sehingga ia hanya merasakan manisnya kerajinan monel hanya sebentar. Namun berkat kejayaan usaha pembuatan kerajinan monel ini ekonomi kelurarganya sedikit ada kenaikan meski kini kembali terpuruk.

Sri Haryanti Istri pak Nuryanto mengatakan , setiap minggu sekali ia belanja besi monel dua gulung seharga Rp 600 ribu . Besi itupun mulai di buat cincin untuk anak anak. Tahap pertama adalah membuat bakalan cincin dengan melingkarkan besi monel. Setelah bentuk bulatan jadi kemudian di potong potong seukuran cincin. Proses selanjutnya adalah menymbung cincin dengan kuningan kemudian dipanaskan.

“ Nah setelah kuningan tertempel seperti ini , anak saya kemudian memanaskan dan merekatkanya dengan cara di bakar. Selanjutnya cincin kasar seperti ini lalu di ampelas bapaknya sampai mengkilat seperti ini.Ini yang sudah jadi satu gulung ini isinya 1 kodi atau 20 biji “, kata Ibu Sri Haryanti sambil menunjukkan cincin siap jual.

Sri Haryanti mengaku dari usaha pembuatan cincin monel ini keluarganya bisa bertahan hidup meski dalam kondisi sederhana. Keuntungan pembuatan cincin ini sangat minim karena harga jual yang cenderung turun . Padahal harga bahan baku dan operasional produksi yang selalu naik. Harga jual turun 30 % dibandingkan ketika jaya dulu. (Muin)