Demak – Desa Kedungmutih selain penghasil garam krosok, garam meja beriodium juga penghasil garam rebus beriodium. Saat ini ada dua usaha pembuatan garam rebus beriodium salah satunya adalah yang dijalankan oleh BUEKA (Bina Usaha Ekonomi Aisiyah) Balai Sakinah Aisiyah ( BSA ) desa Kedungmutih kecamatan Wedung dengan merk “De Uyah ” .
Usaha pembuatan garam rebus beriodium ini sudah berjalan dua tahunan. Bahan baku garam rebus ini adalah garam krosok biasa lalu dicairkan. Setelah cair disaring atau diendapkan diambil kotoran dan zat zat yang berbahaya. Selanjutnya air direbus dalam wajan besar sampai kering sehingga kembali jadi garam lagi.
” Perebusan air garam ini antara 2-3 jam tergantung panas api kompor gas dan juga air garam yang direbus. Untuk produksinya sehari minimal garam jadi 50 Kg siap kemas” , kata Agus bagian perebusan pada kabarseputarmuria Selasa ( 17/9).
Menurut Agus garam rebus produksi BUEKA Kedungmutih benar benar hygeinis karena garam krosok dibersihkan kembali lewat pencucian. Kotoran dan senyawa berbahaya diambil atau mengendap. Air garam yang direbus telah bersih sehingga setelah menjadi garam garamnya jika dicairkan air garam warnanya bening tanpa kotoran. Itulah yang membedakan garam halus rebus dengan garam halus giling biasa.
Agung menambahkan dari perebusan air garam ini selain garam halus yang putih bersih juga Menghasikan Biten atau sari air garam. Biten ini mempunyai khasiat bermacam macam diantaranya untuk menjaga kesehatan dari berbagai penyakit. Selain itu juga untuk kecantikan wajah bisa digunakan untuk masker wajah.
Hal sama dikatakan Luluatul Mamluah salah satu Anggota BUEKA Kedungmutih bahwa garam rebus ” De Uyah ” ini mempunyai manfaat untuk kesehatan keluarga. Selain untuk penyedap makanan juga untuk kesehatan.Nilai tmbah inilah yang menjadi keunggulan produk garam rebus beryodium ini.
Sehingga pesanan cukup banyak meski hanya beredar di kalangan Aisiyah sendiri karena baru tahap pengurusan SNI. Pemasaran sementara terbatas lewat pameran pameran skala kabupaten saja dan juga dari mulut ke mulut anggota komunitas. Pembuatan hanya memenuhi pesanan saja.
” Nanti setelah semua perijinan kelar produk garam rebus ini kita pasarkan secara terbuka kemana mana. Selain membawa nama desa anggota kelompok bisa sejahtera karena ada penghasilan tambahan untuk keluarga dari produksi garam rebus ini”, tambah Mbak Luluk. (Muin)