Demak – Ekowisata Reduksi ( Rumah Edukasi Silvofishery) desa Kedungmutih kecamatan Wedung kembali kedatangan tamu Pengurus Palang Merah dari 3 negara sahabat yaitu Kenya , Fhilipina dan Belanda  . Kunjungan mereka ke Reduksi sebagai rangkaian acara  Program study banding penyelamatan lingkungan bertaraf internasional bertajuk Partners For Resilience ( Mitra untuk ketahanan alam ) yang dipimpin Judah S. Aliposa ( Philipina ) beranggotakan                      Zeituna Roba             ( Kenya )
Lilian Nyaega             ( Kenya )
Suada Ibrahim           ( Kenya )
Sarah Nduku              ( Kenya )
Abdullah Ahandey    ( Kenya )
Olienda Joseph          ( Kenya )
DR. Abdi Issa              ( Kenya )
Marice Hermosa        ( Philipina )
Vonne B Villanueva   ( Philipina )
Retchel Sasing            ( Philipina )
Josh Salud                   ( Philipina )
Baltz Jr.Tribunalo       ( Philipina )
Charles Louis Nacua  ( Philipina )
Erneto P Sulapas        ( Philipina )
Sandra Romero           ( Philipina )
Aiyan Montoya           ( Philipina )
Jonathan Hijada          ( Philipina )
Uemelia Creer             ( Philipina )
Ragilda De La Cruz      ( Philipina )
Fkeur Munasso            ( Belanda )

16 orang perwakilan palang merah ( Red Cross ) dari 3 negara yaitu Philipina, Kenya dan Australia selama 2 hari ( Rabu-Kamis, 8-9/8/2018 ) mengunjungi Kabupaten Demak guna melihat langsung kinerja PMI kabupaten Demak dan tim relawan SIBAT ( Siaga Bencana Berbasis Masyarakat ) dengan program unggulan budidaya mangrove yang dikemas menjadi obyek wisata alam Reduksi ( Rumah Edukasi silvovishery ).

Awalnya mengetahui potensi unggulan Sibat dan PMI Demak lewat jejaring sosial dan google yang kemudian dinilai sebagai bahan studi banding untuk kemudian akan diterapkan di negara masing-masing.

16 personil dari 3 negara sangat antusias melalui penerjemah bahasa mendengarkan paparan dari tim Sibat tentang sejarah Sibat, Reduksi hingga menjadi obyek wisata alam.

Mereka juga sangat takjub ketika mengetahui langsung dilokasi pembibitan mangrove untuk reboisasi pantai ini juga sudah mampu menghasilkan beraneka ragam bioata laut seperti kepiting, kerang dan ikan laut yang bernilai jual tinggi dan mampu menjadi penghasilan tambahan bagi semua anggota Sibat. ( info dari Jateng Time )