Demak – Ada yang mengatakan hari raya atau Lebaran tanpa petasan dan kembang api hambar rasanya. Itula ungkapan yang sering dikatakan anak-anak bahkan juga orng dewasa. Padahal menyulut petasan atau kembang api seperti diibaratkan membakar uang. Namun demikian sudah jadi budaya yang terus ada sampai sekarang.

Akibatnya di pasar pasar tradisional misalnya , pedagang selain  menjual kebutuhan pokok lebaran seperti makanan dan pakaian. Kembang api dan petasan tidak ketinggalan disediakan untuk pembeli. Memang petasan saat ini dilarang , akhirnya kembang apilah yang sekarang di modifikasi seperti petasan.

Ada berbagai macam kembang api yang dijual pedagang  di pasar tradisonal. Dari bentuknya kembang api ini buatan pabrik. Istimewanya kembang kembang api beebagai jenis mulai dari yang murah sampai mahal buatan China. Di dalam kemasannya ada yang kotak , bulat dan lonjong semua ada tulisan”Made In China”.

“ Saya kulakan kembang api ini di Pasar Kliwon Kudus , kata pedagangnya sih ini barang import. Jenisnya banyak ada yang mahal ada yang murah . Ada yang bisa bunyi ada yang hanya berbentuk kembang api “, kata Ibu Lia pedagang kembang api di pasar pagi desa Kedungmutih Demak.

Untuk harganya tergantung dari jenis kembang apinya. Kalau yang kecil kecil   satu pak kecil mulai dari Rp 6 ribu – 15 ribu. Yang kembang api model lama bekisar Rp 6 ribu – 10 ribu tergantung besar kecilnya. Nah yang mahal adalah kembang api yang mengeluarkan suara keras. Harganya mulai dari Rp 20 ribu – Rp 70 ribu.

Kembang api mulai laris dibeli pembeli biasanya satu minggu menjelang hari lebaran. Pembelinya rata-rata adalah anak-anak dan remaja. Namun banyak pula bapak bapak yang juga membeli kembang api ini. Kembang api ini biasanya dinyalakan pada malam jelang hari raya idul fitri atau di acara takbir keliling.

“   Ya gimana lagi memang sudah biasa saya mremo kembang api ini , jika tidak kulakan banyak pelanggan yang menanyakan jadinya setiap ramadhan sampai lebaran ya kulakan kembang api “, kata ibu Lia.

Ditanya petasan dor buatan local , ibu Lia yang sudh puluhan tahun berjualan kembang api ini mengatakan dulu memang banyak pedagang mercon dor yang berkeliling menawarkan dagangannya. Namun setelah ada larangan dan juga polisi sering razia sudah tidak ada lagi pedagang mercon dor local yang ider ke pasar-pasar. (Muin)