Demak – Sampah saat ini menjadi masalah tersendiri bagi desa-desa di kecamatan Wedung. Jika kita berjalan-jalan melewati di beberapa desa kita masih menemui sampah yang tercecer dimana-mana . Ada yang di pinggir jembatan , pinggir jalan , atau tempat yang lainnya. Selain menimbulkan bau yang tidak sedap juga menimbulkan pemandangan yang menyakitkan mata.
Ada beberapa desa yang mulai mengelola sampahnya agar tidak mengganggu lingkungan. Salah satunya adalah desa Jungpasir yang kini mempunyai tempat pengolahan sampah (TPS) . Di tempat ini sampah dari warga dikumpulkan dan dipilah-pilah. Yang organic kemudian digiling menjadi pupuk atau kompos . Sedangkan yang organic dipilah lagi yang bisa dimanfaatkan . Sisanya yang tidak terpakai kemudian di bakar.
Taufik petugas yang mengelola sampah di TPS “Bersih” desa Jungpasir mengatakan, Tempat pengolahan sampah di desanya ini sudah beberapa bulan beroperasi. Tepatnya usai penutupan TMMD. Semua sampah setiap harinya diambil dari rumah warga dengan menggunakan kendaraan Tossa oleh petugas. Tong sampah berada di rumah masing-masing warga.
Sampah dari rumah-rumah warga kemudian diturunkan di TPS . Iapun kemudian memasukkan sampah itu ke mesin pemilah . Yang organic kumpul dengan organic . Yang non organic kumpul dengan yang non organic. Namun saat ini mesin pemilah rusak sehingga kini ian melakukan dengan cara manual.
“ Nah karena mesin pemilah ini mati , akibatnya sampah dari rumah warga terus menumpuk , pemilahan membutuhkan waktu yang lama. Dulu mesin masih hidup ya lumayan lancar “, ujar Lutfie pada kabarseputar muria.
Selain mesin yang mati kendala lain adalah alat angkutan yang hanya satu . Sehingga distribusi pengangkutan sampah kurang cepat. Akibatnya sampah menumpuk di desa ,beberapa warga kembali membuangnya di sembarang tempat. Sehingga kebersihan desa juga mulai berkurang lagi.
Menurutnya jika peralatan giling sampah , armada dan tambahan tenaga persoalan sampah di desanya tidak menjadi masalah. Sebab dengan tersedianya peralatan serta tenaga semua bisa berjalan dengan baik. Mesin pilah berjalan , mesin giling berjalan dan juga tenaga angkut ada.
Sampah sampah dari rumah warga yang terangkut untuk organic menjadi pupuk kompos dan laku dijual. Sedangkan non organic berupa plastic dan kertas bisa dijual pada pengepul. Sisa yang tak terpakai kemudian baru dibakar di samping TPS.
“ Untuk ruang pembakaran saat ini masih perlu dilebarkan karena volume sampah yang harus dibakar selalu bertambah , selain itu butuh atap . Sehingga kita bisa melakukan pembakaran meski hujan “, harap lutfi lagi.
Saat ini Lutfie dibantu dua temannya lagi bagian angkut atau ambil sampah dari rumah warga. Ia berharap ada tambahan tenaga lagi untuk bagian giling dan bakar sampah di TPS. Dengan ada tambahan tenaga satu orang lagi sampah tidak menumpuk banyak di TPS.(Muin)