Demak – Dukuh Ketapang Desa Berahan Wetan kecamatan Wedung sejak dulu dikenal sebagai sentranya peternakan itik petelur. Dari puluhan kandang itik setiap harinya dihasilkan ribuan telur yang dipasok ke penjuru sekitar Demak . Selain sebagai bahan baku telor asin , juga untuk campuran makanan lainnya.

Saat ini ada puluhan peternak itik yang membangun kandangnya di tepi kali . Kandang kandang itu berbentuk sederhana beratap genting dan berpagar bamboo. Beberapa diantaranya ada yang berpagar tembok . Namun secara keseluruhan kondisi kandang masih sederhana.

Ngatipah salah satu peternak itik yang ditemui kabarseputarmuria mengatakan, ia menekuni usaha ternak itik sudah 16 tahun . Selama itu ia merasakan pahit getirnya beternak itik petelor.Ada kalanya untung banyak , namun ada kalanya juga harus tombok .

“ Ya yang namanya usaha banyak kendala dan juga banyak sukanya. Ketika harga telor bagus peternak senang . Namun jika tiba tiba harga telor turun juga berubah sedih karena harus cari tombokan “, aku Ngatipah sambil menata telor yang akan di ambil pengepul.

Saat ini para peternak di Ketapang mengeluh karena harga pakan yang tinggi sedangkan harga telor cenderung turun. Selain itu jumlah itik yang bertelor saat ini juga sedikit paling hanya separuhnya. Sehingga ia harus memutar otak bagaimana itiknya tercukupi makannya.

“ Harga telor saat ini Rp 1.4oo – Rp 1.600 , sedangkan harga katul sudah Rp 1.800 perkilonya ,belum nasi aking . Untuk harga pakan segitu mestinya harga telor Rp 1.800 – Rp 2.000 perbutirnya “, tambah Ngatipah yang mempunyai itik sekitar 900 ekor.

Oleh karenanya ia berharap harga pakan itik turun sehingga operasional untuk ternak tidak keluar banyak. Meskipun harga telor seperti saat ini jika harga pakan turun maka ia bisa dapat untung. Namun kondisi saat ini dia dan peternak lain hanya bertahan saja atau tak dapat untung.

Hal sama juga dikatakan Harmanto yang mempunyai itik 1.900 ekor , dengan harga pakan yang mahal ia harus memutar otak agar usahanya terus berjalan. Saat ini jumlah itik yang bertelor paling banyak 900 ekor. Sehingga ia harus mencari dana talangan untuk nomboki kebutuhan pakan.

“ salah satu caranya adalah cari pinjaman untuk stok pakan , namun jika tidak ada kita terpaksa mengurangi jumlah itik untuk dijual . Dengan berkurangnya jumlah itik maka jumlah pakan berkurang dan tidak akan mengalami kerugian.

Harmanto maupun Ngatipah mengatakan usaha ternak itik petelur ini masih cukup propspektif. Karena produk telor ini masih dicari oleh para pengepul. Berapapun itik yang ada pasti laku di pasaran. Ia berharap harga pakan bisa turun sehingga usahanya terus bisa berjalan. (Muin)