Demak – Hujan yang mengguyur kawasan pesisir Wedung beberapa hari ini membuat ladang garam terendam air. Garam garam yang setiap harinya dipanen kini menjadi air kembali. Aktifitas petambak garam saat ini sudah selesai. Tambak mulai diisi bibit ikan untuk meraup penghasilan tambahan.
Mbah Abdul Jabar (70) petambak garam asal dukuh Menco Desa Berahan Wetan kecamatan Wedung kabupaten Demak Selasa Siang (24/10) tampak di tambak garamnya. Puluhan tahun ia berprofesi sebagai petambak garam mengaku baru tahun ini harga garam bisa dirasakan. Harga garam tahun berlipat lipat dibandingkan dengan tahun kemarin.
“ Hasile tahun niki nggih lumayan regine sae , panen kulo sade terus .Lha niki sisane tesih ten gudang nika ning namun kedik “, kata Mbah jabar pada kabarseputarmuria.
Mbah Jabar mengatakan , garapan garamnya tidak terlalu luas sehingga hasilnya tidak benyak dibandingkan dengan yang lainnya. Selain itu meja kristali sasi yang menggunakan geomembran hanya tiga petak kecil. Ia memperoleh bantuan geomembran hanya dua rol.
Sehingga hasil garamnya dua jenis putih bersih hasil dari meja kristalisasi geomembran. Dan garam biasa dari meja kristalisasi dari tanah biasa yang warnanya tidak bisa putih bersih. Untuk harganya juga selisih Rp 20 ribu sampai Rp 30 ribu.
“ Regine sarem tahun ini sae lan lipat-lipat Alhamdulillah saya untung banyak. Setunggl sak ingkang sae pajeng Rp 125 ewu , ingkang biaya namung Rp 95 ewu. Mpun matur nuwun angsal artha kathah “, tambah Mbah Jabar.
Mbah Jabar mengaku hidupnya memang dari tambak . Jika musim penghujan ia focus membuat garam. Sedangkan jika musim kemarau tiba ia mengisi tambaknya dengan bibigt udang dan bandeng. Untuk hariannya ia Njagakke dari hasil tambak ikan dan hasil garam untuk simpanan atau kebutuhan besar.
Dengan penggunaan geomembran yang bisa meningkatkan harga garam tersebut. Mbah Jabar berharap ia bisa mendapatkan kembali bantuan membrane agar hasil garam tahun depan lebih banyak.(Muin)