Kudus – Tanggal 22 Oktober telah ditetapkan Pemerintah sebagai hari santri nasional. Sejarah mencatat, para santri telah mewakafkan hidupnya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan tersebut. Para santri dengan caranya masing-masing bergabung dengan seluruh elemen bangsa, melawan penjajah, menyusun kekuatan di daerah-daerah terpencil, mengatur strategi, dan mengajarkan kesadaran tentang arti kemerdekaan.
Kini santri dihadapkan pada tantangan yang lebih komplek. Santri harus mampu mengisi kemerdekaan dengan berjuang melawan kemiskinan dan memberdayakan masyarakat.
Itulah yang menjadi landasan Pesantren Entrepreneur Al-Mawaddah Kudus untuk terus berupaya memberikan motivasi dan pelatihan bagi tumbuhnya santripreneur. Salah satunya diwujudkan dalam kegiatan Kurs- us agribisnis inovasi teknis budidaya Kedelai.
Pelatihan tersebut diselenggarakan oleh Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Al Mawaddah Kudus dengan bekerja sama BPSDM Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah UPT Soropadan.
Acara dibuka oleh Catur Sulistiyanto S.Sos MM, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kudus, didampingi Budi Sulistiyanto dan Haryati (KJF) serta Hardjono, Koordinator BPP kecamatan Jekulo. Catur Sulistiyanto dalam sambutannya mengatakan bahwa acara ini merupakan bagian dalam rangka memberikan pengetahuan dan teknis budidaya kedelai.
“Pemerintah pusat mempunyai program upsus Pajale (Padi Jagung Kedelai). Jadi program utama dari pemerintah adalah swasembada padi, jagung dan kedelai ,” ujar Catur Sulistiyanto dihadapan peserta kursus”.
Berdasarkan datanya, untuk mencapai swasembada Kedelai saat ini baru tercapai setengahnya. Yakni target 2,2 juta ton kebutuhan namun saat ini baru dihasilkan produksi kedelai 920 ribu ton.
Menurut Ketua Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Al Mawaddah, Sofiyan Hadi, petani harus dibekali teknis budidaya tanaman pangan yang terbukti berhasil sesuai spesifik lokal. Pasalnya, kata dia, komoditas kedelai tidak harus ditanam di lahan seperti persawahan, karena lahan kering pun dapat ditanami tentunya dengan varietas yang disesuaikan dengan kondisi tanahnya.
Untuk itu, P4S Al Mawaddah berkewajiban mendidik, melatih petani kedelai di Kudus. “Harapannya, para petani nantinya tidak hanya menanam, kemudian menjual begitu saja. Melainkan bisa mengolahnya menjadi produk olahan yang memiliki nilai jual lebih,” ujarnya, Selasa (10/10/2017).
Acara yang digelar di Aula Pesantren Entrepreneur Al Mawaddah Honggosoco, Jekulo tersebut, diikuti sebanyak 30 peserta petani yang berasal dari Kudus. Puluhan petani tersebut mengikuti pelatihan selama empat hari dengan menghadirkan pemateri dari Praktisi P4S Al Mawaddah, UPT Soropadan serta Penyuluh Dinas Pertanian dan Pangan Kudus.
Untuk itu, P4S Al Mawaddah berkewajiban mendidik, melatih petani kedelai di Kudus. “Harapannya, para petani nantinya tidak hanya menanam, kemudian menjual begitu saja. Melainkan bisa mengolahnya menjadi produk olahan yang memiliki nilai jual lebih,” ujarnya, Selasa (10/10/2017).
Acara yang digelar di Aula Pesantren Entrepreneur Al Mawaddah Honggosoco, Jekulo tersebut, diikuti sebanyak 30 peserta petani yang berasal dari Kudus. Puluhan petani tersebut mengikuti pelatihan selama empat hari dengan menghadirkan pemateri dari Praktisi P4S Al Mawaddah, UPT Soropadan serta Penyuluh Dinas Pertanian dan Pangan Kudus.
Koordinator Penyuluh Pertanian Kabupaten Kudus Budi Sulistiyanto berharap setelah mengikuti pelatihan para petani dapat menghasilkan produk unggulan kedepannya.
“Tanaman kedelai merupakan tanaman prioritas nasional, selain padi dan jagung. Setelah pelatihan ini dapat menghasilkan produk unggulan tentu akan luar biasa,” ujarnya.