PilPet ( Pilihan Petinggi Desa ) tanpa taruhan ibarat masakan kurang garam sehingga hambar rasanya , oleh karena itu dimanapun ajang pilpet di gelar petaruh-petaruh itu berdatangan seperti halnya semut merindukan manisnya gula.
Mereka datang ke desa yang menggelar pilpet jauh-jauh hari sebelum pilihan itu dilakukan , hal ini untuk mencari informasi calon mana yang lebih kuat dan nanti akan menjadi jagonya ketika taruhan itu dibuka seiring dengan dilangsungkannya pilpet.
Jumlah petaruh yang datang disetiap ajang pilpet mencapai puluhan orang , dari yang bermodal ratusan ribu, jutaan , puluhan juta dan ada juga bentuk barang seperti sepeda motor atau mobil.
Seperti halnya pilpet di Kabupaten Jepara yang berlangsung minggu pertama bulan Oktober sampai dengan minggu pertama bulan november dan digelar dipuluhan desa , jika dihitung setiap ajang ada 100 orang petaruh , maka akan menjadi ribuan orang jumlahnya.
Jika setiap ajang pilpet uang petaruh yang beredar ada 100 juta rupiah misalnya misalnya , maka jumlah uang yang berputar dalam ajang taruhan itu ada puluhan milyar. Oleh karena itu ajang pilpet ini sering dijadikan acara reunian antar petaruh yang sering meramaikan ajang pilpet dimanapun.
Namun demikian meskipun berbau judi acara taruhan dalam pilpet ini menjadi hal yang biasa , tidah hanya dilakukan oleh petaruh yang professional yang memang kerjanya bertaruh, namun banyak juga petaruh-petaruh amatir yang ikut meramaikannya.
“ Ya ada pilihan petinggi , tidak ada taruhan kurang seru dalam mengikuti hitungan perolehan suara , meskipun taruhan tidak banyak , ini dapat meramaikan hitungan pilihan petinggi “ , ucap salah seorang petaruh amatir yang tidak mau menyebutkan namanya
Para petaruh ini dalam transaksinya tidak begitu nyata kelihatannya , mereka biasanya bergerombol di dekat tempat pemungutan suara pilpet tanpa membuat curiga orang yang melihatnya.
Dalam bertransaksi merekapun berbisik-bisik satu sama lainnya , bahkan satu dua petaruh ada yang membuat bahasa khusus menggunakan kode-kode tertentu yang tidak dapat diketahui orang lain.
Selain itu transaksi mereka kebanyakan berlangsung juga di warung-warung tenda yang banyak bertebaran di sekitar tempat pemungutan suara . Biasanya mereka yang bertaruh mempunyai orang khusus yang memegang uang dari kedua petaruh tersebut, mereka itu mengumpulkan uang dari petaruh satu dan dari petaruh lainnya .
Jika penghitungan suara telah selesai maka uang tersebut akan diserahkan pada pemenang dengan memberi uang jasa sekedarnya kepada pemegang uang tersebut . Namun ada juga yang menggunakan transaksi secara langsung, uang taruhan dijadikan satu pada satu tempat rahasia dan mengambilnya jika penghitungan suara telah selesai.
“ Mestinya ya itu dilarang karena itu termasuk judi , namun gimana lagi itu sudah jadi tradisi yang penting dilakukannya jangan secara vulgar atau terang-terangan. Kalau kita mendapati hal itu ya langsung kita tangkap orangnya “ Ujar salah satu petugas keamanan ketika dimintai komentarnya mengenai taruhan dalam pilpet.
Selain taruhan pilpet acap kali juga diramaikannya dengan amplopan yang diberikan oleh tim sukses pada setiap pemilih , dengan dalih uang lelah , uang makan, uang pengganti kerja atau istilah lain untuk menjauhi yang namanya money politic.
Namun menurut kenyataannya amplopan ini bisa dikatakan money politic , atau strategi membeli suara dari pemilih karena di setiap desa yang menggelar pilpet rata-rata calon yang jadi adalah mereka-mereka yang tim suksesnya memberi amplopan yang lebih dibandingkan dengan yang lainnya.
Dalam hal pemberian amplopan ini setiap tim sukses mempunyai strategi tersendiri , karena pada tahap awal pembagian besarnya uang amplopan dari tim suksesnya besarnya sama .
Namun setiap detik atau menit menuju ke waktu pemilihan , akan terjadi tambahan-tambahan secara tersembunyi oleh setiap tim sukses, dan sering penambahan amplop secara sembunyi-sembunyi ini diistilahkan sebagai “ serangan fajar “ yang mematikan fihak lawan. Ini akan terungkap setelah acara pilpet usai , karena masing-masing pemilih akan membuka rahasia berapa dia menerima uang dari calon A,B atau C , namun untuk pilihannya biasanya mereka rahasiakan.
Memang uang amplopan tidak bisa lepas dari yang namanya pilih memilih , dari memilih presiden, Gubernur, Bupati ,DPR, Ketua Partai , Petinggi Desa semuanya bernuansa politic uang entah apa sebabnya.
Dahulu tradisi amplopan ini mungkin sudah ada , namun tidak sevulgar sekarang dan sebanyak sekarang. Oleh karena itu ada kalangan yang sinis pada acara pilih memilih ini , dan mengusulkan pemilihan apapun diganti formatnya yang jauh dari nuansa “politic uang “ , tapi itu sebatas wacana saja .
Oleh karena itu diperlukan pemikiran ke depan bagaimana ajang pemilihan ini jauh dari unsur money politic , karena bila ini terus berlangsung akan menjadi hal yang buruk bagi perkembangan bangsa ini ke depan .
Memilih pemimpin yang baik bukan karena kemampuan dirinya , namun ditentukan seberapa besar dia mempunyai uang untuk membeli dukungan , mudah-mudahan ada pencerahan.
Fatkhul Muin
Pengelola Blog Pusat Informasi Masyarakat Pesisir Demak – Jepara
www.for-mass.blogspot.com