Jepara – Saat ini kabupaten Jepara merupakan salah satu penghasil garam di Jawa tengah , namun demikian nama Jepara kalah terkenal dari saudara tuanya Rembang dan Pati. Sehingga harga garam di kabupaten ini paling rendah di Jawa Tengah.
Salah satu penyebabnya di kabupaten ini belum ada pabrik garam besar. Sehingga produk berupa garam krosok semuanya dijual keluar daerah diantaranya ke Pati dan Rembang. Selain itu di Jepara belum ada Gudang-gudang besar yang bisa menampung garam petani dikala panen raya.
“ Nah untuk itu kita akan memberikan kesempatan khusus pada koperasi yang akan membuat resi gudang . Koperasi bisa bekerja sama dengan Bank dan lembaga keuangan lainnya untuk membuat gudang dan juga menampung garam dari petambak “, kata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti ketika mengadakan pertemuan dengan petambak dan nelayan di desa Kedungmalang.
Susi mengatakan , dengan adanya resi gudang tersebut koperasi bisa menampung garam petambak ketika panen raya atau harga turun. Garam-garam itu dimasukkan gudang koperasi. Setelah harga naik garam-garam itu selanjutnya dijual pada perusahaan garam yang membutuhkan.
“ Resi gudang salah satu solusi untuk mengatasi harga garam yang selalu jatuh di musim panen. Nah silakan koperasi mengajukan pinjaman untuk membuat gudang “, kata Susi
Hal yang sama juga dikatakan TP Hutahaean dari Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI. Bahwa pemerintah akan meluncurkan program baru yakni pembuatan resi gudang. Menurut Freude program tersebut dijalankan untuk mengatasi masalah harga garam yang selama ini dikeluhkan petani. Dia menandaskan, dengan adanya resi gudang, maka tak ada lagi harga garam petani Rp 200/kilogram.
Dalam pelaksanaan nanti, resi gudang akan dilengkapi dengan gudang penampungan garam. Manajemen akan dikelola oleh dinas maupun ahli yang ditunjuk dan disepakati bersama. Dengan adanya gudang, maka garam bisa ditahan dan baru dilepas saat harga sudah layak.
“Sekarang sistemnya harus dibalik. Dulu tengkulak besar atau pengusaha yang mengendalikan. Sekarang harus kita. Tapi semuanya harus bisa bekerjasama,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jepara Achid Setyawan, Kabid Keluatan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Munawarto serta Kasi Pemberdayaan Masyarakat pada bidang tersebut Akhmad Sofuan menyarankan agar petani garam berintegrasi untuk memperkuat daya tawar. “Sebaiknya kelompok tani berintegrasi menjadi satu koperasi, atau bergabung dengan koperasi garam yang sudah ada,” kata Akhmad Sofuan seperti yang dilansir dari Klik Fakta.
Koperasi petani garam diperlukan lantaran program PUGAR tahun ini fokus pada pengembangan dan berorientasi profit. Sehingga bantuan PUGAR hanya bisa diberikan kepada lembaga yang berbadan hukum. Sedangkan kelompok tani tak berbadan hukum.
“Nanti bantuan akan dicairkan ke koperasi atau BUMDes,” tandas dia.