Jepara – Ada tradisi yang sampai sekarang dilestarikan oleh warga desa Kedungmalang kecamatan Kedung kabupaten Jepara. Tradisi ini berkaitan dengan datangnya hari raya iedul Fitri. Untuk menyambut hari bahagia itu warga melaksanakan kegiatan takbir keliling desa dengan mengarak mascot . Ada yang berwujud bianatang seperti singa , naga dan kupu-kupu dan ada juga yang berujud orang.

Mascot yang akan diarak di malam takbir itu telah dipersiapkan setengah bulan sebelumnya. Pembiayaan untuk pembuatan mascot itu biasaya dengan cara tarikan iuran warga. Adapun pembuatannya dilakukan bersama-sama usai shalat tarawih. Adapun bentuknya selalu berubah-ubah setiap tahunnya.

“ Tahun ini kami membuat wujud orang yang menunjukkan tanda cinta. Orang-orangan kami beli susah jadi. Sedangkan asesories lainnya kami bual dari setereo form, kertas dan juga kain berwarna-warni “, kata Manjali warga desa Kedungmalang pada kabarseputarmuria.

20160705_082938

Mascot bentuk Singa

Manjali mengatakan tradisi takbir keliling dengan mengarak berbagai mascot ini sudah ada sejak dulu . Ini sebagai perwujudan rasa persatuan dan kesatuan antar warga setelah selesai menjalani puasa. Adapun biaya pembuatan mascot manusia dengan lambang cinta itu dibutuhkan sekitar satu juta rupiah. Dana itu diperoleh dari sumbangan warga.

“ Untuk membuat ini pemuda menarik iuaran dari rumah kerumah ada yang memberi Rp 10 ribu , Rp 20 ribu dan ada yang lebih. Setelah terkumpul baru di belikan bahan-bahan lalu dibuat secara bergotong royong”, tambah Manjali.

Hal sama dikatan Sayuti yang juga warga desa Kedungmalang , kampungnya juga membuat mascot untuk diarak tahun ini wujudnya adalah tawon raksasa. Tawon berwarna kuning terbuat dari bahan bamboo , kain dan juga kertas berwarna warni. Agar menarik ketika diarak pada malam hari tawon itupun diberi lampu berwarna-warni.  Adapun sebagai pembangkit listrik untuk menyalakan lampu dibutuhkan diesel.

20160705_081235

Mascot bentuk kupu kupu raksasa

Untuk membuat tawon raksasa ini dibutuhkan waktu sepuluh hari. Dibuat oleh para pemuda di waktu malam hari. Tiga hari menjelang malam takbir para pemuda lembur sampai dini hari. Hal ini agar proyek yang mereka buat jadi sebelum datangnya hari raya iedul fitri . Mereka tidak mau kalah dengan pemuda kampung sebelahnya.

“ Yak arena ini sudah tradisi ya setiap bulan Ramadhan tiba warga terutama pemuda sudah mempunyai ide kira-kira  apa yang nanti ditampilkan untuk memeriahkan malam takbir nanti”, kata Sayuti.

Adapun arak-arakan takbir dimulai usai shalat Isyal di awali dengan do’a bersama di makam desa setempat. Selanjutnya seluruh mascot diarak untuk mengelilingi desa yang panjangnya kurang lebih dua kilometer. Disela-sela arak-arakan itu biasa anak-anak dan pemuda menyalakan kembang api dan petasan. Sehingga suasan takbir keliling tambah meriah. (Muin)