Jepara – Usaha mebel saat ini masih menjadi salah satu andalan warga Jepara dalam menangguk rupiah untuk keluarganya. Meskipun tidak seramai dulu namun pelan tapi pasti usaha ini masih menghidupi ratusan ribu warga Jepara. Mulai dari bos atau pengusahanya sendiri , penjual kayu gelondongan, jasa penggergajian, transportasi sampai dengan pekerja paling bawah yaitu Tukang Kayu dan pengukir.
Oleh karena itu jika kita jalan-jalan ke sentra usaha mebel di Jepara seperti kecamatan Tahunan misalnya . Di setiap sudut kampung , pinggir jalan sampai pelosok desapun masih terlihat aktifitas pembuatan mebel. Toko-toko masih penuh dengan stok barang, rumah rumah pengusaha mebel juga terlihat aktifitas tukang kayu dan juga pengukir. Dan dijalan raya terlihat aktifitas pengangkutan mebel yang dikirim ke luar .
Seperti yang terlihat di desa Semat kecamatan Tahunan salah satu desa sentra mebel kesibukan para pengrajin mebel terlihat nyata. Rumah-rumah warga nampak aktifitas pembuatan berbagai jenis mebel mulai dari meja , kursi dan juga buffet bermacam model. Mulai permintaan local sampai dengan ekspor. Desa ini warga yang terjun dalam usaha mebel mulai dari pengusaha dan pekerja hampir 80 persen.
Khoirul Ikhwan salah satu pengusaha mebel dari desa Semat mengatakan iklim usaha mebel di desanya saat ini cenderung stagnan. Permintaan barang tidak ada lonjakan yang cukup tinggi. Namun demikian setiap bulannya keuntungan masih lumayan sehingga usaha mebel di rumahnya masih tetap berjalan.
“ Ya Alhamdulillah dulu sebelum buka usaha mebel pernah ikut kontraktor, saya buka mebel mulai tahun 2008 dari usaha ini saya bersyukur karena bisa menghidupi keluarga, membangun rumah dan bisa mencukupi kebutuhan lainnya “, ujar Khoirul Ikhwan pada kabarseputarmuria.com
Saat ini di belakang rumahnya Khoirul mempunyai mitra kerja 3 orang tukang kayu. Tukang-tukang itulah yang membantu ia membuat peralatan rumah tangga berbahan kayu jati maupun kayu sono. Tergantung pesanan saat ini yang ia kerjakan adalah meja makan berbahan kayu jati. Jika selesai pengerjaan per unit ia jual sekitar Rp 1,4 juta. Hasil meja jadi langsung ia setorkan ke pengepul langganan.
“ Pengeluaran usaha mebel ini yang terbesar untuk pembelian bahan baku , selain itu juga pembayaran tukang kayu dengan system borongan. Rata-rata tukang kayu ini upahnya Rp 600 ribu setiap minggunya. Keuntungan saya ya selisih penjualan barang di kurangi bahan baku , tukang kayu dan biaya operasional lainnya. “, kata Khoirul.
Selama lima tahun lebih mengelola usaha mebel, Khoirul yang rumahnya di pinggir jalan raya Kedungmalang – Semat mengatakan , pengusaha tidak mengharapkan bantuan dari pemerintah. Namun yang ia harapkan adalah harga BBM yang murah dan tidak selalu fluktuatif . Dengan harga BBM yang murah akan berdampak membaiknya sector industry termasuk juga mebel.
Dengan murahnya BBM itu situasi ekonomi akan membaik. Permintaan pasar akan berbagai kebutuhan barang juga naik termasuk mebel. Ini ia rasakan sendiri ketika BBM belum naik permintaan barang selalu ada kenaikan . Terutama untuk kebutuhan local baik meja ,kursi atau buffet. (Muin)