Pati – Profesi apapun jika ditekuni dengan sungguh hati pasti akan menghasilkan imbalan untuk mencukupi keluarga. Apalagi jika profesi itu merupakan hobi. Seberat apapun pekerjaan itu akan terasa ringan dikerjakan.
Seperti halnya pak Slamet Warga dukuh Karangsari desa Wotan kecamatan Sukolilo kabupaten Pati . Setiap harinya ia punya dua profesi yang bisa dipergunakan jalan untuk menyambung hidup keluarganya. Pak Slamet di desa di kenal sebagai Tukang batu yaitu membuat rumah dan bangunan lainnya.
Sedangkan profesi satunya adalah sebagai tukang tabuh gamelan yang dikenal sebagai panjak. Manjak inilah profesi sambilan yang merupakan hobinya sejak kecil. Ketika masih kanak-kanak dulu ia sering diajak ayahnya manjak diberbagai tempat mengikuti tanggapan wayang kulit atau kethoprak.
“ Berawal dari itulah maka sejak kecil saya sudah mahir menabuh berbagai macam gamelan. Dari saron , slenthem, gender, kenong sampai dengan gong yang paling besar. Semua itu saya kuasai kecil namun mulai berkeliling sejak tahun 1975 “, aku Pak Slamet pada kabarseputarmuria.com
Dua profesi itulah yang selalu beriringan setiap harinya. Jika tidak ada panggilan dari pemilik gamelan untuk manggung . Pak Slamet menerima order tukang batu seperti biasanya. Namun ketika ada panggilan bermain gamelan iapun minta prei pada pemilik rumah yang diperbaiki.
Kalau bulan-bulan sepi tidak ada tanggapan biasanya Pak Slamet bisa kerja sebagai tukang full. Namun jika bulan-bulan ramai tanggapan seperti bulan Apit , Besar , Suro dan Rejeb,Rejeb Ruwah sering ia menolak pekerjaan tukang batu.
“ Seperti bulan Apit kemarin setiap bulan full tanggapan preinya hanya dua hari. Setiap hari berpindah-pindah tempat untuk nabuh gamelan untuk pentas wayang dan kethoprak . Bulan Besar ini ya banyak berangkat man jaknya “, kata pak Slamet.
Ketika ditanya berapa honor manjak Pak Slamet mengatakan hampir sama dengan upah tukang batu lebih sedikit. Untuk kerjanya lebih ringan sebagai panjak karena tidak membutuhkan tenaga ekstra seperti tukang batu. Namun untuk panjak ini harus melekan setiap malam. Apalagi jika pentas semalam suntuk . pagi sampai pagi lagi harus siap di depan gamelan.
“ Untuk upahnya ya masih lumayan jika manggungnya siang sampai malam hari ya terima Rp 130 ribu –Rp 150 ribu . Jika kerja sebagai tukang ya banyakan sebagai tukang panjak . Namun setelah tua ini kerja tukang batu saya kurangi karena fisik yang tidak mampu “, aku pak Slamet. (Muin)