Jepara – Desa Mayong lor kecamatan Mayong sejak dulu dikenal sebagai desa penghasil kerajinan dari tanah liat . Selain genting , bata merah juga berbagai alat dapur seperti tungku , cobek,kendi , kemaron , genthong dan masih banyak lagi yang lainnya. Lainnya lagi adalah mainan anak-anak berupa celengan dan juga miniature alat dapur.
Melihat peluang yang masih terbuka itulah Erik (21) warga RT 06 RW 03 desa Mayong Lor kini berbisnis menjual mainan anak-anak dari tanah liat. Sudah lima tahun ini ia berkeliling ke kota-kota sampai desa untuk memasarkan kerajinan dari desa kelahirannya itu. Di setiap ada keramaian tahunan di berbagai tempat ia pasti mengambil lapak untuk berdagang.
“ Habis lulus SMP saya kerja Monelan ikut orang. Namun saya rasakan tidak ada kemajuan akhirnya sayapun mencoba menjual kerajinan tanah liat buatan ayah saya dan juga saya sendiri. Alhamdulillah jalan sampai sekarang”, ujar Eric yang ditemui kabarseputarmuria ketika menggelar dagangannya di arena pasar malam.
Dibantu dengan adiknya ia berdagang mainan tanah liat diantaranya celengan berbagai macam bentuk. Ada bentuk ikan, buah , orang , sampai dengan mobil-mobilan. Untuk miniature alat dapur ada tungku , wajan, cobek,muntu ,tungku,genthong, kendi dan masih banyak lagi yang lainnya. Mainan dengan warna cat yang meriah membuat anak-anak tertarik untuk membelinya.
“ Kalau yang alat dapur ini buatan orang tua saya yang sejak dulu dikenal sebagai pengrajin mainan anak-anak. Sedangkan untuk yang celengan ini kebanyakan buatan saya seperti mobil, teletubis dan wayang bagong ini. Adapun harganya paling murah ya Rp 1.000,- paling mahal ya sekitar Rp 10 ribuan”, kata Eric
Meski sudah digempur oleh mainan import dari plastic namun Eric mengatakan usaha penjualan mainan anak tradisional dari tanah liat ini masih prospektif. Dia yang dulu pekerja membuat kerajinan monel hasilnya itu itu saja. Namun setelah ia berjualan mainan anak-anak tradisional hasilnya cukup lumayan. Selain modal tidak begitu besar keuntungannyapun bisa separohnya.
“ Untuk berjualan seperti saya ini modal tidak begitu besar. Jika berjualannya dekat dengan rumah modal yang dibutuhkan paling banyak 5 jutaan. Namun jika jauh seperti luar kota biasanya saya bawa dagangan satu truk penuh sekitar 15 jutaan modalnya “, tambahnya.
Erik mengaku berjualan mainan tradisional anak-anak dari tanah liat tidak ada ruginya. Setiap even tahunan seperti dhandhangan Kudus, Dhugdheran Semarang sampai dengan Suronan di Kajen dagangannya selalu laris manis. Bahkan di beberapa tempat banyak pula pedagang yang kulakan dengannya untuk dijual lagi.
Meski harus berkeliling kota mendatangi setiap even tahunan atau perayaan hal itu bukan suatu halangan. Selain bekerja mencari nafkah untuk keluarganya ia juga mempunyai tujuan untuk melestarikan mainan alat dapur dari tanah liat dari desa Mayong Lor Jepara. Ia ingin kerajinan dari tanah liat makin dikenal oleh anak-anak dimanapun berada,
“ Tanpa ada yang memasarkan ke berbagai kota anak-anak tidak akan tahu akan mainan tradisional ini. Tahunya mainan dari plastic saja yang harganya lebih mahal dari mainan ini . Oleh karena itu bagi siapa saja yang tertarik berjualan mainan alat dapur dari tanah liat ini bisa menghubung saya “, kata Erik yang beralamat di desa Mayong Lor RT 06 RW 03 kecamatan Mayong kabupaten Jepara. (Muin)