Demak – Kesenian pentas kethoprak meski kini mulai kehilangan penggemar namun demikian kadang menjadi hiburan yang dikangeni. Setidaknya itu yang terlihat dari pentas kethoprak di desa Bungo kecamatan Wedung kabupaten Demak. Kesenian ini digelar dalam rangka Syawalan yaitu satu minggu setelah hari raya idul Fitri.
Pentas kethoprak yang diadakan siang sampai malam hari itu mendapatkan perhatian khusus warga desa pesisir. Pasar ikan yang menjadi arena pentas kethoprak ini dipenuhi penonton mulai anak-anak sampai dengan orang tua. Mereka menyimak adegan-demi adegan dari cerita yang dipentaskan oleh pemain kethoprak.
Shodiqin Ad Dimak dalam akun Face Booknya menggambarkan betapa antusiasnya warga desa Bungo melihat pertunjukan kesenian kethoprak. Dari gambar yang diuplaod terlihat warga masyarakat yang nonton bareng tampak tertib duduk manis di depan panggung kethoprak yang didatangkan dari Demak dan Grobogan. Suasana ramai itu terlihat baik pentas siang maupun malam.
Sementara itu Supriyanto Lintang salah satu pemain kethoprak yang manggung di desa Bungo yang dilansir dari JatengTime mengatakan, seni kethoprak adalah salah satu seni yang dipentaskan di acara sedekah bumi. Setiap setahun sekali di desa Bungo ini digelar acara sedekah bumi. Warga desa Bungo tampak antusias dan haus akan hiburan sehingga penonton membanjir disekitar panggung.
“ Kita sebagai pemain merasa bangga jika warga masih antusias dengan kesenian kethoprak ini. Ini memacu kami untuk tetap latihan terus dalam rangka menampilkan pentas yang lebih bagus lagi “, kata Supriyanto yang juga berprofesi sebagai guru.
Pentas kethoprak siang sampai malam itu merupakan rangkaian Syawalan di desa Bungo. Sebelum pentas kesenian kethoprak pagi harinya nelayan melarung perahu mini ke tengah laut sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas rejekei yang telah diberikan kepada nelayan. Pada acara larungan itu hadir Bupati Demak Dachirin Said. (Muin)
Foto : Shodiqin Ad Dimak