Demak – Usai pengumuman kenaikan harga BBM oleh Presiden Jokowi beberapa hari yang lalu membuat pesimis semangat para nelayan untuk turun ke laut kembali. Dengan kenaikan harga BBM pengeluaran harian untuk bekal melaut juga pasti naik. Hal ini membuat kelimpungan Suratno (35) nelayan asal desa Kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Demak.

Ditemui kabarseputarmuria.com dilapangan desa setempat. Sambil memperbaiki alat aradnya Suratno mengatakan, biaya operasional “miyang” ke laut naik drastic. Sebelum harga BBM naik sekali berangkat cuma menghabiskan biaya sekitar Rp 200 ribu. Namun saat ini sekali berangkat harus keluar Rp 300 ribu.

“ BBM naik semua nelayan terkena dampaknya karena semua nelayan pakai bahann bakar solar. Setiap hari rata-rata nelayan butuh solar minimal 40 liter . Untuk bahan bakar saja paling tidak Rp 200 ribu. “, kata Suratno.

Selain solar nelayan butuh bekal dilaut berupa makanan dan minuman. Selain itu juga peralatan lainnya untuk keamanan dan kenyamanan dalam bekerja. Oleh karena itu jika sehari miyang hasilnya tidak melebihi Rp 300 ribu nelayan harus tombok . Biasanya uang itu ditutup dari tabungan atau pinjaman.

Suratno perbaiki arad yang rusak

“ Satu atau dua hari yang lalu usai BBM naik nelayan sini banyak yang prei karena laut tak ada hasil. Beberapa nelayan yang mencoba turun kelaut tak membawa hasil “, tutur Suratno.

Ditambahkan Suratno , dampak dengan kenaikan BBM juga berimbas pada penurunan harga tangkapan berupa ikan atau udang. Sebelum BBM naik harga ikan kembung perkilonya mencapai Rp 18 ribu namun saat ini turun menjadi Rp 16 ribu. Penurunan itu merata pada semua jenis ikan bekisar 20-30 persen. Sehingga hal ini membuat resah nelayan yang berakibat malas untuk miyang ke laut.

Penurunan harga dan tangkapan  ikan juga dibenarkan Mardiyah, salah satu pengepul ikan di pasar ikan desa Kedungmutih. Dalam sehari ia biasanya bisa mengolah ikan rucah 3-4 drum plastic. Namun pasca kenaikan BBM ini paling banter ia bisa mengolah ikan rucah 2 drum plastic. Selain itu harga penjualan ke pengepul diatasnya juga ada penurunan.

“ Saya membeli ikan dari nelayan berdasarkan harga jual saya ke pengepul diatas saya. Jika harga naik ya saya belinya ikut naik. Tetapi bila harga jual turun saya membeli dari nelayan juga turun “, katanya.

Ikan rucah atau ikan sisa tangkapan dari nelayan itu ia beli perkilo Rp 4-5 ribu , namun setelah BBM naik harga turun Rp 1 ribu perkilonya. Ikan rucah itu setelah dibeli dari nelayan lalu di beri es dan garam. Setelah terkumpul banyak di setorkan ke pabrik tepung dan pakan ikan didaerah Rembang. (Muin)