Lukman Khakim Salah satu pengukir kayu Jepara yang masih bertahan karena tak ada pekerjaan pilihan

Jepara – Kerja sebagai pengukir saat ini tidak bisa untuk menopang ekonomi keluarga. Sehingga jumlah pengukir di Jepara semakin lama semakin berkurang. Bahkan jika terus seperti ini bisa jadi 10 tahun tak ada lagi warga Jepara yang kerja sebagai pengukir kayu.

“ Saya ini generasi terakhir sebagai pengukir di desa ini. Warga yang berusia anak saya tidak ada lagi yang mau belajar atau kerja sebagai tukang ukir. Jadi saya bisa katakana ke depan Jepara tak lagida[pat sebutan kota ukir “, kata Lukman Khakim warga desa Platar kecamatan Tahunan pada kabarseputarmuria Minggu 29/6/2025.

Lukman Khakim mengatakan, sebenarnya ia ingin banting setir ke usaha lain. Namun sampai saat ini belum ketemu sehingga meski upah ukir tak sebanyak dulu. Pekerjaan ini tetap saya jalani untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

“ Ya kalau setiap hari ada orderan ya lumayan cukupn dicukupkan untuk makan sehari hari. Tetapi jika tidak ya tetap kurang untuk kebutuhan keluaraga. Untung saya dibantu istri berjualan “, aku Lukman Khakim .

Memang pekerjaan sebagai tukang ukir pernah mengalami kejayaan ketika tahun 1990an. Dari hasil bekerja sebagai tukang ukir banyak yang bisa membuat rumah. Beli motor dan kebutuhan lain. Ketika itu orderan kursi kursi mahal sering diterima para pengukir.

Namun saat ini orderan ukiran dari para pengusaha mebel hanya ukir sederhana yang upahnya tidak terlalu tinggi seperti dulu. Memang saat ini pengukir hanya terima ukiran sederhana yang mudah dikerjakan . Sehingga upahnya juga tidak terlalu mahal.

“ Trend saat ini adalah mebel mebel gaya minimalis yang minim ukiran. Sehingga orderan ukiran tak tentu . Untung hari ini saya masih ada garapan. Banyak tetangga saya yang nganggur tak ada garapan akhirnya kerja serabutan “, tambah Lukman .

Terkait kesejahteraan pengukir di Jepara saat ini sangat terpuruk . Upah ukir tidak bisa untuk menopang hidup keluarga. Persoalan utamanya adalah minimnya orderan barang barang ukir saat ini. Sehinga banyak pengukir yang nganggur akhirnya alih profesi.

“ Ya kalau pengukir mau sejahtera dan Ukir tidak hilang perlahan lahan di Jepara. Ya solusinya carikan orderan barang barang ukir . Sehingga mereka kembali bisa bekerja meskipun tidak seperti dulu minimal bisa hidup dari pekerjaan ukir dan mereka terus mengukir ”, harap Lukman.

Terkait pelestariuan seni ukir di Jepara Lukman pesimis jika seni ukir ini langgeng di Jepara. Generasi muda Jepara sekarang tak tertarik menjadi pengukir karena hidupnya tak terjamin. Mereka lari ke pekerjaan yang lebih menjanjikan di sektor lain yang mudah masuknya seperti karyawan pabrik.

“ Untuk bisa mengukir bagus butuh waktu hampir 6 bulan . Mereka harus belajar atau nyantrik tanpa upah memadai di sentra sentra mebel. Dulu saya jalani karena masa depan pengukir bagus. Tetapi sekarang profesi pengukir tak dilirik oleh anak muda “, tutup Lukman Khakim. (Pak Muin)