Tambak garam di Jepara tak lagi untuk produksi garam karena hujan setiap hari turun

Jepara – Musim hujan telah tiba tambak tambak garam di Jepara sudah tidak produksi bahkan kini menjadi kolam kolam besar berisi air. Agar tetap menghasilkan tambak tambak itu kini ditebari bibit ikan dan udang. Ada udang vanami , juga bibit ikan bandeng yang diharapkan bisa dipetik hasilnya.

Tambak garam yang dahulunya berupa petak petak rapi dengan plastic hitam untuk meembuat garam . Kini dibiarkan tenggelam oleh air hujan yang setiap hari mengguyur. Plastik plastic hitam sebagian ada yang diangkat ke darat untuk disimpan. Sebagian lagi ada yang dibiarkan tenggelam begitu saja.

Sokib petambak garam dari desa Kalianyar pada kabarseputarmuria mengatakan produksi garam di tahun 2024 tak sebanyak tahun 2023. Jika dihitung prosentasu hanya 60-70 prosen dibandingkan dengan tahun lalu. Contoh tahun kemarin dapat 100 ton tahun ini maksimal 70 ton.emasuki

“ Penyebab dari merosotnya garam tahun ini karena musim kemarau tahun ini pendek dan basah. Di sela sela musim kemarau masih ada hujan . Otomatis waktu tunggu panen garam jadi lama”, kata Sokib.

Kegiatan angkut garam di desa Kedungmalang Jepara

Kalau tahun kemarin saat sudah memasuki musim kemarau petambak langsung panen garam dengan cepat karena panas cukup tinggi. Setelah panen sekali cuaca mendukun terus tidak ada hujan di tengahnya sehingga produksi garam bisa dikebut. Sehingga produksi garam bisa maksimal.

“ Selain itu disisi harga garam tahun 2024 ini harga garam tak sebagus tahun 2023 . Sehingga penghasilan petambak garam tahun ini bisa dikatakan turun dibandingkan tahun lalu. Harga garam tahun lalu masih tinggi kisaran Rp 75 perkwintal , Kalau tahun ini sekitar 40 ribua perkwintal rata rata “, tambah Sokib.

Meskipun musim hujan namun perdagangan garam tetap lancar . Para pengepul masih membeli garam di gudang petambak garam. Terlihat truk truk besar masih membawa garam ini ke berbagai kota dari Jepara. Pekerja angkut garam setiap hari masih sibuk mengangkut garam .

Rahmat salah satu pedagang garam mengatakan , garam dari Jepara kebanyakan din bawa ke pulau Sumatera. Setiap harin ia masih menerima pesanan garam dari mitranya di Lampung. Namun demikian harga garam yang cenderung turun ini membuat persaingan antar pedagang makin ketat.

“ Saya termasuk pemain baru di perdagangan garam ini. Harga garam yang tidak begitu tinggi ini justru sepi permintaan kemungkinan stok mereka masih banyak. Padahal inilah waktu yang tepat untuk menimbun garam “, kata Rahmat. (Pak Muin)