Karena kekurangam ruangan kelas satu kelas disekat untuk 2 rombel
Jepara – SD Negeri 3 Kaliombo yang berada di Dukuh Nggodhang atau Ndoro Payung saat ini merupakan sekolah dengan siswa terkecil se kecamatan Pecangaan. Tahun 2024 ini jumlahnya siswanya hanya 44 . Namun demikian sekolah ini tetap dipertahankan hingga kini karena pelayanan pendidikan ini sangat diperlukan warga. Dulu hanya sampai kelas 3 namun tahun 2024 sampai kelas 6.
“ Mengapa siswanya sedikit karena jumlah warga yang tinggal di pedukuhan ini tidk begitu banyak. Sehingga dari waktu ke waktu jumlah siswa tidak bertambah namun cenderung stagnan bahkan mengalami penurunan”, kata Lina Ariyani guru senior SDN 3 Kaliombo pada kabarseputarmuria Kamis 7/11/2024.
Ariyani yang bertugas di SD ini sejak tahun 2009 menambahkan , dulunya SDN 3 Kaliombo sejak berdiri hingga tahun 2020 hanya sampai kelas 3 saja . Tahun 2022 mulai ada kelas 4 , Tahun 2023 kelas 5 dan tahun 2024 ini ada kelas 6 . Sedangkan ruang kelas awal 3 kelas.
“ Untuk mengatasi agar pembelajaran terus berlangsung maka satu kelas di sekat menjadi 2 kelas . Untuk kelas 5 karena ada bantuan kelas baru maka ditempatkan jadi satu. Ya ini yang memenuhi standart belajar mengajar dan sudah digunakan untuk ANBK “, kata Ariyani.
Hal sama juga dikatakan Kepala SD Negeri Kaliombo 3 Ahmad Yani , agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik . Maka masih diperlukan ruangan kelas baru untuk pembelajaran . Paling tidak masih butuh 2 kelas baru itupun kantor masih menyatu dengan ruangan pembelajaran siswa.
“ Yang utamanya tentunya adalah penambahan ruangan kelas baru . Ini tahun lalu ada bantuan stu kelas baru kami gunakan untuk kelas 5. Sedangkan untuk persiapan jika ada bantuan lagi kami telah menyediakan tanah yang diurug agak tinggi . Mudah mudahan segara terealisasi”, kata Ahmad Yani
Ahmad Yani yang baru menjabat Kepala Sekolah sejak bulan Mei menambahkan, karena sarana prasarana yang masih kurang . Ia berkoordinasi dengan pengurus Komite salah satunya adalah menyiapkan lahan untuk gedung baru. Tanah tersebut direncanakan bisa dibuat dua kelas . Lahan itu sudah diurug tinggi karena ada proyek normalisasi sungai SWD 2.
“ Selain itu tentunya sarana lainnya seperti laptop untuk kegiatan ANBK setahun sekali. Untuk dua tahun ini pelaksanaan ANBK untuk laptop masih pinjam sekolah lain. Kami berharap untuk tahun berikutnya bisa terpenuhi dari bantuan karena mengandalkan SPI jelas tidak mungkin”, katanya lagi.
Untuk pembiayaan jika mengandalkan dana BOS jelas banyak kekurangannya. Namun Ahmad Yani bertekad tetap melaksanakan kegiatan pembelajaran semaksimal mungkin dengan mengandalkan Dana dari pemerintah yang ada. Meskipun kadang guru ada yang tombok hal itu sudah terbiasa sejak dulu.
“ Bagi kami hal ini adalah baru karena selama puluhan jadi guru baru pertama ditugaskan di sini dengan kondisi serba kekurangan. Namun bismillah kami jalani bersama teman teman agar sekolah ini tetap berjalan . Kasihan warga sini jika harus sekolah di luar dukuh Godhang ini “, kata Ahmad Yani menutup sua. (Pak Muin)