Jepara – Desa Semat kecamatan Tahunan saat merupakan salah satu desa yang berada di garis pantai Utara Jawa. Salah satu pantai yang dikembangkan sebagai obyek wisata adalah pantai Sirahan. Mengapa disebut sirahan karena di Lokasi ini ada makam cikal bakal yang warga menyebutnya sebagai makam Mbah Sirah Sumosari . Makam ini sudah lama ada dan di sebelahnya juga merupakan tempat pemakaman umum warga desa setempat.

Keberadaan makam mbah Sirah sudah sejak lama namun sayang tidak ada sumber tertulis yang menyebutkan makam ini ada sejak tahun berapa. Namun faktanya makam ini masih di ziarahi , dilestarikan atau dirawat oleh warga setempat. Hal ini terlihat dari kondisi bangunan makam yang bersih dan nyaman sebagai tempat peziarahan bagi siapa saja yang berkunjung di tempat ini.

Lokasi makam dari perempatan desa kurang lebih 500 meter masuk ke arah Barat atau kea rah pantai. Makamnya tepat dipinggir pantai dengan bangunan yang cukup luas. Selain makam ada tempat untuk beristirahat bagi peziarah . Selain itu ada juga toilet dan kamar mandi yang menyatu dengan tempat wisata pantai Sirahan .

Makam Mbah Raminah dan suaminya

Di bangunan makam Mbah Sirah Sumosari ini ada tiga makam . Dua makam berada di dalam bangunan yaitu makamnya mbah Raminah dan suaminya yang diyakini sebagai orang yang pertama merawat jasad mbah Sirah dan menguburkannya .  Jazad mbah Sirah  ditemukan dilaut ketika mbah Raminah sedang berlayar dari Tuban ke Semarang untuk berdagang.

Sedangkan Makam Mbah Sirah Sumosari ini berada di luar bangunan tanpa rumah rumahan. Dari cerita warga makam Mbah Sirah ini pernah diberi cungkup atau rumah rumahan , Namun setiap diberi atap bangunan itu selalu rusak dan itu berkali kali. Sehingga warga menyimpulkan makam Mbah Sirah tidak butuh cungkup atau rumah rumahan.

K.Sholikhun tokoh masyarakat desa Semat kecamatan Tahunan mengatakan, Mbah Sirah merupakan salah satu tokoh penting bagi warga desa Semat . Dari salah satu sumber menyatakan bahwa Mbah Sirah bukan asli warga desa Semat namun berasal dari desa Petekeyan . Namun ketika meninggal jasadnya dimakamkan di pantai Semat yang dikenal sebagai pantai Sirahan.

“ Nama aslinya adalah mbah Sumosari sedangkan Sirah itu ada yang mengatakan dari kampung sirahan Petekeyan. Namun ada yang mengatakan bahwa Sirah itu berasal dari tubuh mbah Sumosari yang ketika di makamkan hanya berujud sirah atau kepala. Untuk kebenarannya saya tidak tahu tinggal kepercayaan masing masing “, kata Sholikhun yang mantan Petinggi desa Semat.

Siapa sosok mbah Sirah ini ? Sholikhun mengatakan beliau adalah memang berasal dari desa Petekeyan yang di kenal mempunyai kekuatan yaitu pandai bernyanyi atau ngidung dengan suara bagus. Ketika Pembangunan masjid Agung Demak Sunan Ampel mendengar kidungan merdu Mbah Sumosari dari Jepara. Mbah Sumosari lalu di panggil Sunan Ampel untuk ikut dalam Pembangunan masjid Demak.

Namun ketika ikut bekerja kesaktian mbah Sumosari terlihat yang lain dan menjadikan iri. Sehingga ia difitnah sehingga menjadikan Mbah Simosari terbunuh dan konon darahnya berwarna putih sebagai pertanda ia orang baik. Lalu jasad mbah Sumosari  dikembalikan ke desa asalnya di Jepara lewat laut dengan kawalan buaya Putih. Setelah dekat dengan Jepara mayat mbah sumosari bersinar dan terlihat oleh sebuah kapal dagang.

Kapal dagang tersebut milik mbah Ruminah asal Tuban dan mendekati myat tersebut kemudian di bawa ke darat tepatnya desa Semat untuk dimakamkan. Usai pemakaman mbah Raminah kembali berdagang ke Semarang dan semua dagangannya habis dan mendapatkan keuntungan banyak.

Usai memakamkan jasad mbah Sumosari tersbut Mbah Raminah kembali berdagang seperti biasanya setiap lewat Semat ia pasti mampir berziarah ke makam . Sampai akhirnya mbah Raminah memutuskan untuk tinggal di dekat makam sambil merawat makam sampai akhir hayatnya. Akhirnya jasad  mbah Ruminah dan suaminya juga dimakam dalam satu tempat yangsaat ini di kenal warga sebagai makam Mbah Sirah Sumosari. (Pak Muin)