Jepara –  Seperti desa lain di Jepara desa Gerdu kecamatan Pecangaan mempunyai pundhen atau tempat yang di rawat di jaga dan di hormati oleh warga. Bentuknya adalah makam Mbah Karya atau juga ada yang menyebut Mbah Karyo. Makam ini terletak RT 06 RW 01 dekat dengan pemukiman warga serta ada area persawahan di sebelahya.

 

Makam mbah Karya ini sudah lama ada entah tahun berapa mulai ada. Tidak ada data yang pasti atau tertulis tentang makam yang kini sudah direhap dengan bangunan yang bagus. Selain bangunan rumah yang menaungi makam ada bangunan pendopo dan juga dilengkapi dengan toilet . Selain itu juga dipagar keliling oleh pemerintahan desa.

Jalan masuk menuju ke makam dari jalan raya juga lumayan bagus . Di beton meski di beberapa tempat sudah ada yang rusak. Dari jalan raya jarak makamini hanya 200 meter . Sehingga peziarah sudah bisa melihat makam ini dari jalan raya.

Seperti layaknya makam makam yang dikeramatkan warga peziarah bisa masuk berziarah kapan saja. Meski dipagar keliling dan dalam kamar namun peziarah bisa masuk karena tidak di kunci atau digembok. Sehingga peziarah bisa leluasa memanjatkan  dzikir, tahlil  dan berdo’a.

Dari silsilah yang terpasang di tempok depan kamar makam. Mbah Karya merupakan keturunan punggawa mataram kuno . Selain itu ada juga jalur dari keraton Cirebon. Bahkan naik lagi sampai ke baginda Nabi Muhammad SAW .Dari kebenaran informasi ini wallaua’lam.

Suntoyo ( 65 ) juru kunci makam Mbah Karya mengatakan , ia tidak tahu cerita tentang mbah Karya ini . Namun dari informasi yang didapatkan dari ayahnya yang pernah di temui secara gaib bahwa mbah karya perawakannya pendek dan kesehariannya berikat (iket:jawa). Hanya itu yang ia dapatkan dari sosok mbah Karya.

Suntoyo ( 65 ) juru kunci makam Mbah Karya

“ Hanya itu saya yang saya dengar dari ayah saya yang juru kunci  sebelum saya. Namun saya ingat makam ini selalu di rawat ayah saya . Kalau banyak rumput dan tanaman perdu selalu di bersihkan. Dulu Dua nisan makam di keliling dengan gedheg awalnya tidak beratap lalu atap welit dan sekarang genting”, kata Suntoyo.

Suntoyo menambahkan , dahulunya Lokasi makam mbah Karya tidak seluas sekarang . Masih ukuran tiga meter persegi dikelilingi oleh kebun namun setelah itu dilebarkan sedikit demi sedikit hingga luas seperti sekarang.Meski kanan kirinya masih ada kebon atau area persawahan yang ditanami padi oleh warga.

Selain warga desa Gerdu yang menziarahi makam ini diberbagai waktu dan kesempatan. Banyak pula warga dari luar desa yang ngalap berkah berziarah ke makam ini. Tidak hanya pagi siang atau sore hari banyak pula peziarah yang datang malam hingga pagi hari. Hal itulah yang menjadikan makam ini tak pernah dikunci .

“ Meski saya juru kuncinya makam ini terbuka 24 jam . Warga atau siapa saja berziarah ke makam ini bisa langsung masuk . Sehingga kapan saja warga desa Gerdu atau warga luar silakan ziarah ke makam Mbah Karya . Dari dulu hingga sekarang “, tambah Suntoyo.

Terkait berziarah Suntoyo menambahkan setiap Jum’at Wage sejak dulu hingga sekarang ada kegiatan do’a bersama ibu ibu yang disebut barikan. Ibu ibu datang ke makam untuk kegiatan berdoa bersama dengan slametan ala kadarnya. Selain itu ada juga kegiatan ziarah masssal dan selamatan  massal yang dilaksanakan pada bulan Ruwah atau Sya’ban.

Bagi Suntoyo merawat makam Mbah Kary aini merupakan kepuasan tersendiri baginya meski taka da honor atau gaji . Namun itu dijalani dengan senang hati. Setiap hari ia menyambangi makam ini . Selain membersihkan lingkungan makam juga mengatur penerangan makam dengan menyalakan dan mematikan lampu secara rutin.

“ Alhamdulillah semenjak saya menjadi juru kunci meneruskan bapak saya yang telah meninggal perasaan ini jadi adem . Ketika bapak sakit sebelum meninggal pernah diisi orang lain beberapa lama. Sekarang sudah kembali lagi kebetulan rumah dan tanah saya mepet dengan mako mini “, kata Suntoyo menutup sua. (Pak Muin)