Jepara – Desa Sidi Gede kecamatan Welahan merupakan salah satu desa yang masih melaksanakan adat tradisi yang berkaitan dengan “Manganan” atau Selametan di makam atau pundhen. Adapun makam yang masih di ziarahi oleh warga secara rutin adalah makam mbah Datuk Subuh dan Istrinya Mbah Timbang. Makam ini telah dibangun bagus menjadi tempat wisata ziarah.

Tidak hanya warga Sidi Gede saja yang menziarahi makam ini. Namun banyak pula warga dari luar daerah yang ngalap berkah di Makam ini. Selain itu kondisi makam juga terlihat bersih dan terbuka 24 jam bagi siapa saja yang ingin berziarah di makam . Ada juga fasilitas tempat berwudlu dan juga kamar kecil.Tak ketinggalan juga tempat untuk slametan atau manganan.

Makam mbah Datuk subuh ini letaknya di area pemukiman warga. Untuk menuju ke pemakaman ini peziarah bisa bertanya ke warga sesampainya di desa Sidi Gede. Jika tidak dari rumah dengan fasilitas google map peziarah bisa langsung menuju ke tempat ini. Tulis atau ketik makam mbah Datuk Subuh Sidi Gede secara otomatis akan terlihat jalan menuju ke makam ini.

Sebelum masuk ke bangunan makam yang cukup megah ini peziarah masuk lewat pintu gerbang. Di luar bangunan makam ada puluhan makam yang ada kaitannya dengan kehidupan mbah Datuk Subuh dan istriya Mbah Timbang. Entah itu anak kerabat atau orang dekat.

Adapun makam Mbah Datuk Subuh dan Mbah Timbang letaknya ada dalam bangunan besar yang aghak tinggi lantainya. Makam ini dikelilingi luwur Paduan warna hijau dan putih seperti layaknya makam keramat yang lain. Sehingga peziarah jika ingin melihat nisan harus membuka luwur.

Adapun letak nisan makam Mbah Datuk Subuh dan Mbah Timbang ini tidak kelihatan dari atas . Posisi nisan dibawah dan harus menuruni tangga yang terbuat dari kayu. Nisan makam ini tidak ikut ditinggikan seperti layaknya beberapa makam keramat di tempat lain. Entah karena apa wallahua’lam .

Juru Kunci makam Mbah Haji Supangat mengatakan, makam mbah Datuk Subuh ini sudah di dijaga dan dilestarikan warga sekitar sudah sejak lama. Ia masih kecil makam ini sudah ada meski bangunannya sederhana tak semegah sekarang. Ia ingat dahulunya simbahnya juga pernah seperti dirinya mendapatkan Amanah menjaga dan merawat makam ini.

“ Kalau saya menjaga dan merawat makam ini sejak musibah corona lalu sampai sekarang. Selain manjaga merawat saya juga membersamai warga yang mengadakan manganan di makam ini . Kita berdo’a memhon kepada Allah di tempat ini semoga hajatnya terkabul “, kata Mbah Supangat  Jum’at 14/6/2024

Tradisi manganan atau Slametan di Makam Mbah Datuk Subuh ini sudah ada sejak lama. Warga atau peziarah yang akan melakukan sesuatu hal atau hajat lainnya datang ke makam ini untuk berdoa. Biasanya mereka datang membawa ingkung ayam dan ubo rampe untuk slametan atau makan bersama di makam sebagai wujud rasa syukur.

“ Ini tadi ada warga yang akan memanen mangganya datang kemari berdua suami istri . Kita berdoa bersama di makam ini setelah itu makan bersama di sebelah makam . Tempat ini dibuat untuk tempat slametan atau manganan sebagai syukurannya”, tambah Mbah Supangat.

Selain warga desa Sidi Gede yang rutin berziarah ke makam ini . Banak pula warga luar desa yang rutin berziarah ke makam ini. Mereka datang sendiri ada juga yang berombongan. Tidak hanya di pagi siang atau sore banyak pula yangh datang ke makam ini di malam hari. Ada yang datang dari Mayong , Bangsri, Kudus dan banyak yang dari jauh jauh.

Selain ziarah harian setiap tahun sekali di makam Mbah Datuk subuh ini juga digelar acara Haul . Adapun waktunya adalah tanggal 10 Muharram selain acara ziarah massal dari segala penjuru juga ada gelaran slametan dan juga pengajian.  Acara Haul ini merupakan puncak dari pelestarian kearifan local warga Sidi Gede yang masih dijaga hingga sampai saat ini.

Terkait siapa Mbah Datuk Subuh Mbah Supangat tidak bisa bercerita banyak, ia hanya tahu bila Mbah Datuk ini dahulunya adalah tokoh yang membuka atau Mbabat Alas desa Sidi Gede . Sebelum menjadi desa yang besar seperti sekarang des aini dahulunya hutan yang masih sepi . Mbah Datuk Subuhlah juga yang mengajarkan warga tentang berbagai hal utamanya agama Islam.

Selain Mbah Datuk Subuh dan Mbah Timbang masih ada beberapa tokoh lain yang terkait dengan desa Sidi Gede namun makamnya tidak ada di desa ini. Makam tokoh tersebut berada di desa lainnnya seperti mbah Nerang dan Mbah Sidik /Raden Kusumo Abdul Jalil. ( Pak Muin )