PatiĀ  – Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Pati menggelar Ceritera 2.0 (Cerita, Training & Sharing) dalam rangka memberikan bimbingan kepribadian dan ketrampilan bagi klien.

Acara berlangsung di Ruang Sasono Kencono Rosoasih RM. Saptorenggo Pati, selama dua hari, diikuti sebanyak 50 klien.

Kepala Bapas Pati, Muhamad Nurseha mengatakan, kegiatan Ceritera 2.0 ini merupakan bagian dari pelaksanaan tugas Bapas dalam pembimbingan kepribadian dan mendorong kemandirian klien.

“Kita memberikan motivasi agar klien berkepribadian dan mandiri”, kata Nurseha, Rabu (22/05/24).

Ceritera itu sendiri, lanjutnya, menggandeng psikolog klinis, Ubaidillah Noor dari Rumah Psikologi Kudus dan pelaku usaha telur asin, Ria-Roni dari Muktiharjo Pati.

“Prinsip Ceritera adalah motivasi. Kita mencoba memberi alternativ, dengan menggandeng narasumber salah satunya dari pelaku usaha. Tujuannya untuk menggugah minat klien dalam berwirausaha”, lanjutnya.

Saat ini, ungkap Nurseha, jumlah klien dibawah bimbingan Bapas Pati sebanyak 781 orang dewasa dan 24 anak. Sedangkan jumlah Pembimbing Klien (PK), 18 orang.

Disisi lain, Psikolog Klinis, Ubaidillah Noor menyebut, masih ada stigma negatif di masyarakat terhadap klien, selepas mereka menjalani sebagai warga binaan Lapas.

“Maka, yang diinginkan mereka adalah pengakuan dan bagaimana mereka bisa mendapatkan penghasilan”, ungkap Dr. Ubaidillah.

Dua hal tersebut, menurutnya bukan suatu gangguan psikologis, namun lebih sebagai sebuah harapan yang diinginkan klien.

Untuk supaya klien tidak merasa rendah diri dan eksistensi atau keberadaannya diakui, maka Ubaidillah menegaskan, perlu ada dukungan dari semua pihak.

“Terutama lingkungan terdekat, yaitu keluarga. Peran keluarga harus ditingkatkan, dengan pola pendekatan dan komunikasi yang baik. Karena disitulah bentengnya, agar mereka tidak mengulangi perbuatannya”, tegasnya.

Maka, Ubaidillah berpesan, agar klien sadar terhadap kondisi diri sendiri, sehingga bisa menata kehidupan menjadi lebih baik.

Sementara itu, pelaku usaha telur asin Ria-Roni sebagai narasumber dalam paparan mengemukakan, klien tidak perlu berkecil hati dan harus selalu semangat dalam menjalani kehidupan di tengah masyarakat.

“Kami memotivasi agar mereka mandiri dengan berwirausaha, salah satu yang bisa menjadi pilihan yaitu memproduksi telur asin”, kata owner Ria-Roni, Warsoni.

Dia mengaku menjalani bisnis telur asin mulai 2009 dengan jumlah produksi secara bertahap, menyesuaikan pangsa pasar.

“Awalnya kami mencoba 30 butir per hari. Pemasaran ke tetangga dan warung di Kota Pati”, ujarnya.

Saat ini, Ria – Roni mampu memproduksi dan memasarkan telur asinnya sebanyak 300 butir per hari.

Telur asin produksinya, diklaim lebih bermutu dibandingkan telur asin lainnya yang ada di pasaran. Pria asal Kota Brebes ini menyebut, telur asinnya teksturnya lebih kenyal dan rasa asin yang pas sesuai selera. Untuk menjaga mutu, dia menggunakan telur bebek pilihan dan bahan utama garam yang ber-SNI dan bahan lain yang halal. Selain itu, telur asin Ria-Roni juga telah mengantongi ijin P-IRT. (Agus )