Jepara – Genangan air banjir mulai surut di desa Batukali kecamatan Kalinyamatan ,namun petani kini dihantui oleh kerugian karena beberapa hari padinya terendam banjir. Puasa hari pertama mestinya ada yang sudah mulai panen namun tiba tiba sawah terendam air banjir.

Tidak sehari atau dua hari namun lebih seminggu genangan terus meninggi sehingga mengakibatkan tabaman padi menghitam ketika air mulai surut. Melihat kondisi petani sudah menghitung kerugian karena diperkirakan gagal panen atau hasil tak maksimal.

“ Ya kita tunggu air surut dulu baru bisa melihat masih bisa menghasilkan atau tidak. Kalau yang sudah siap panen biasanya kerugiannya banyak karena bulir bulir padi akan mengecil dan menjadi menir “, kata Nur Ali petani dari desa Batukali pada kabarseputarmuria Rabu 20/4/2024

Nur Ali mengatakan, beberapa petani di desa Batukali awal puasa mestinya panen padi , Namun tiba tiba hujan datang tiada henti. Tidak itu saja sawah sawah kemudian terendam air banjir dari sungai yang meluap. Sehingga tanaman padi tidak kelihatan sama sekali.

“ Kalau hanya sehari atau dua hari surut sih tak terasa . Ini sudah lebih satu minggu sehingga butir butir padi yang mau di panen akan rontok . Seumpama bisa di panen setelah air kering hasilnya tidak maksimal paling tinggal 20-30 persen dari hasil normal. Bahkan kalau yang sudah menghitam seperti itu mungkin gagal panen”, tambah Nur Ali.

Tahun ini Nur Ali menggarap lahan sewa seluas kurang lebih 1 hektar . Untuk biaya sewa dan garam lahan paling tidak butuh sekitar 40 jutaan . Saat ini kondisi sawahnya juga ikut kebanjiran . Ia pesimis jika sawahnya itu panen dengan maksimal oleh karena itu ia siap siap menanggung rugi .

“ Kalau melihat ini untung belum tentu kalau rugi sudah pasti . Tidak hanya tahun ini banjir tahun lalu petani disini juga banyak yang gagal panen. Habis gimana memang kerjaan sebagai petani ya tetap jalan terus “, kata Nur Ali lagi,

Selain curah hujan yang tinggi penyebab area persawahan Batukali kerap banjir jika musim penghujan karena saluran pembuangan di sebelah Selatan desa yang tersumbat. Ia mengharapkan ada normalisasi saluran pembuangan air di samping tanggul SWD 2.

“ Air yang membuat banjir ya dari daerah Utara sana terus terkumpul disini setelah itu sulit keluarnya. Sebenarnya ada saluran pembuangan disebelah Selatan sana tapi tidak lancar karena tersumbat sampah dan tanah “, papar Nur Ali.

Selain dihantui banjir yang melanda setiap tahun pasokan pupuk bersubsidi juga dirasa kurang. Sehingga biaya  kebutuhan pupuk cukup tinggi akibatnya jika tidak ada hasil atau gagal sudah dipastikan petani mengalami kerugian. Ia berharap MT II nantinya hasilnya baik.

(Pak Muin)