Jepara – Salah satu pekerjaan warga pesisir adalah sebagai  pencari udang diarea sungai . Dengan menggunakan alat bubu yang dibuat dari bambu dan waring ini. Udang disungai masuk ke dalam bubu yang dipasang sore hari dan diambil pagi hari.

Seperti halnya di desa pesisir Kalianyar dan Surodadi kecamatan Kedung ini ada puluhan warga yang mempunyai pekerjaan sebagai pencari udang. Setiap orang mempunyai bubu 10 hingga 20 yang dipasang disungai sungai umum.

Sungai umum artinya sungai yang bebas bagi siapa saja yang mencari ikan. Ada yang memancing , branjang anco , menjala dan memasang bubu. Sedangkan yang mencari ikan bebas tidak hanya warga setempat namun warga luar bisa mencari ikan di sungai ini.

Muslimin (45) pengepul udang warga dukuh Wonorejo desa Surodadi kecamatan Kedung pada kabarseputarmuria mengatakan , ia mempunyai 15an pencari udang yang setiap hari dijemput hasilnya. Jika pagi hari ia berangkat ke tambak mengambil hasil para pencari udang.

“ Kalau hari hari ini kondisi baru sepi nanti jika musim hujan tiba hasil pencari udang akan lumayan banyak. Kalau hari hari ini sehari paling banyak ya Rp 50 ribu. Jika pas kebetulan ramai mereka bisa dapat hingga Rp 200 ribu “, kata Muslimin Rabu 27/12/2023

Udang udang yang dikumpulkan setiap hari dipilah pilah menurut ukurannya. Begitu juga udang hidup dan mati juga dibedakan. Untuk udang yang mati selanjutnya dijual ke pasar untuk konsumsi. Sedangkan udang yang hidup dimasukkan tempat khusus untuk dijual sebagai umpan memancing.

“ Untuk yang mati ini kita jual ke pasar harganya tergantung ukuran . Semakin besar semakin mahal . Sedangkan untuk udang hidup harganya paling murah Rp 500 biji . Udang itu saya jual di rumah yang juga menjual peralatan untuk mancing”, tambah Muslimin.

Mbah Tulikan (60) warga desa Kalianyar kecamatan Kedung yang sehari harinya bekerja sebagai pencari udang di sungai mempunyai 10 bubu. Bubu itu dipasang di sungai tak jauh dari rumahnya. Setiap sore ia pasang bubu bubu itu di beberapa titik sedangkan pagi harinya diangkat diambil udangnya.

Ia berprofesi sebagai pencari udang di sungai umum sudah puluhan tahun. Meski tidak mempunyai tambak sendiri atau menyewa setiap hari ia bisa menjual udang dari memasang bubu di sungai. Untuk hasilnya tidak tentu tergantung cuaca dan kondisi air sungai.

“ Kalau sepi kayak begini paling banter dapat Rp 20 ribu , jika musim hujan lumayan bisa dapat banyak pernah sehari dapat Rp 200 ribu. Alhamdulillah bisa untuk kebutuhan sehari hari “, kata Tulikan. ( Pak Muin )