Pati – Anggota Komisi V DPR RI Sudewo ST, MMT mengadakan kunjungan kerja di Pati, meninjau proyek pembangunan Bendung Kembang Kempis sungai Juana Minggu ( 29/10) . Pengerjaan Bendung Kembang Kempis tepatnya berada desa Bungasrejo, Kecamatan Jakenan yang diharap mampu menimalisir banjir masih berlangsung. Dengan dibangunnya Bendung Kembang Kempis ini diharapkan bisa memberikan dampak atau solusi yang baik untuk mengatasi banjir di wilayah sekitarnya
Kunjungan Politisi asli Kayen – Pati yang duduk sebagai Anggota Komisi V DPR RI didampingi Kapala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali – Juana, Dr. Harya Muldianto beserta jajaran. Hadir pula Plt Kepala DPUTR Kabupaten Pati, Camat Jakenan, Juana, Pati, Gabus, Pucakwangi dan Tambakromo, serta para kepala desa di wilayah kecamatan tersebut.
Bendung Kembang Kempis yang berada di Desa Bungasrejo, Kecamatan Jakenan, Kabupaten Pati, adalah Proyek Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI. Sudewo berharap Bendung Kembang Kempis ini mampu menimalisir banjir dan menampung air untuk irigasi pertanian di sekitarnya.
Anggota DPR RI dari fraksi Gerindra menambahkan proyek yang menurutnya menggunakan dana APBN 260 milyar ini merupakan hasil perjuangannya dalam memperjuangkan kebutuhan masyarakat Pati terutama didaerah aliran sungai Juwana. “Sehingga nanti dengan adanya bendung kembang kempis ini, petani sampai dengan anak, cucu bahkan cicit tidak lagi kesulitan untuk mengairi sawahnya” jelas Sudewo .
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali – Juwana, Dr Harya Muldianto menjelaskan, bendung karet tersebut dibangun agar dapat dimanfaatkan untuk mengairi saluran irigasi, penyediaan air baku, maupun sarana pengendali banjir.
Tentu saja imbuh Dr.Harya dengan pengelolaan air yang benar, sehingga air dapat dimanfaatkan secara maksimal, pada musim kemarau bisa dimanfaatkan untuk pertanian
Bendung kembang kempis tersebut, dibangun dengan dana 260 milyar ditargetkan selesai pada Juni tahun 2024 mendatang. “Sehingga air dapat dimanfaatkan secara maksimal. Dengan cara mencegah intrusi air laut, sehingga pada musim kemarau bisa dimanfaatkan untuk irigasi dan air baku kurang lebih 200 hektar”, jelas Dr. Harya.(Aguspras)