Muko-Muko – Di jaman era pemerintahan presiden Soeharto transmigrasi adalah satu satu cara memindahkan penduduk dari kawasan padat ke kawasan yang jarang . Selain itu juga untuk meningkatkan perekonomian warga yang serba kekurangan di daerah asal. Diharapkan setelah pindah ke daerah baru ekonominya akan membaik.

Sekitar tahun 1982 sejumlah warga dari Jepara asal desa Karangaji kecamatan Kedung ikut program trasmigrasi ke Bengkulu tepatnya ke kabupaten Muko Muko salah satunya adalah ayah Abdul Kholiq warga desa Bandar Jaya kecamatan Teramang  Jaya. Abdul Kholiq sendiri adalah kelahiran Sumatera sehingga bisa disebut  Pujakesuma        ( putra orang jawa namun lahir di Sumatera) .

“ Ayah ibu saya asli warga desa Karangaji kecamatan Kedung kabupaten Jepara tahun 1982 ikut program transmigrasi bersama beberapa tetangga. Membawa putra 3 dan saya dan 2 saudara lahir di sini jadi jumlah saudara saya semua 5 orang “, kata Abdul Kholiq yang dihubungi kabarseputarmuria via panggilan whatshap  Sabtu 30/9/2023,

Abdul Kholiq yang putra pasanganKasham dan Nasiroh mengatakan meski ia kelahiran Muko Muko namun pada tahun 2000-2008 ia mondok di Krapyak Jepara yang sesekali pulang ke Bengkulu. Ketika di Krapyak Jepara itulah selain menimba ilmu agama ia juga belajar menjadi tukang kayu dan mengukir . Bekal ilmu itulah yang kini ia praktekkan sekembalinya ke pulau Sumatera.

“ Ya selain merawat tanaman kelapa sawit , di rumah saya buka usaha mebel. Selain membuat aneka perabot rumah tangga seperti meja ,kursi ,dipan ,buffet . Juga terima pesanan membuat pintu dan kusen kusen . Alhamdulillah lancar banyak garapan bisa untuk menghidupi keluarga “, tambah Abdul Kholiq.

Untuk di Bengkulu mebel kayu masih laku dan belum banyak saingan . Sehingga setiap hari ada saja garapan pesanan mebel. Sehingga kemampuan dan ketrampilan yang ia pelajari di Jawa banyak manfaatnya . Hari harinya diisi dengan kesibukan bekerja sebagai tukang kayu atau menggarap aneka mebel dari kayu yang masih diminati warga disana.

Untuk ilmu agama yang dipelajari dipondok pesantren Krapyak Jepara kini juga dipraktekkan untuk meramaikan Masjid di desanya. Selain diisi dengan kegiatan ibadah rutin shalat berjamaah 5 waktu. Diwaktu waktu tertentu juga diisi kajian agama atau pengajian . Selain pembelajaran Alqur’an juga ada pengajian kitab atau pengetahuan agama Islam.

“ Alhamdulillah kegiatan agama Islam disini semarak apalagi di bulan maulid nabi Muhammad SAW ini jamaah masjid mengadakan Maulidul rasul sehabis shalat Isya’ selama 12 hari . Semua jamaah ikut mulai orang dewasa ,remaja dan anak anak semua ikut memeriahkan kegiatan Maulidul rasul. Kalau dihitung ada 80 orang “, cerita Abdul Kholiq.

Semaraknya lagi menurut Abdul Kholiq remaja di desanya Bandar Jaya mulai senang seni hadroh atau rebana. Sehingga ketika acara maulidulrasul diiringi suara rebana. Tidak hanya remaja putra saja , namun remaja putri juga ikut menyenangi seni hadroh ini. Meski setiap harinya harus latihan namun mereka tetap bersemangat agar penam;pilan mereka lebih bagus.

“ Mereka antusias belajar seni Hadroh ini , peralatan semua kami datangkan dari Jepara . Dengan semakin banyaknya tayangan youtube sholawat dengan rebana ini remaja sini tertarik sekali . Jadi setiap malam jika ada waktu luang saya sempatkan melatih mereka agar penampilannya semakin baik “, kata Abdul Kholiq lagi.

Meski di daerah transmigrant di pulau Sumatera dan jauh dari tempat leluhurnya yaitu Jepara . Namun kini terasa dekat semenjak era internet ini ada setiap waktu ia bisa berkirim kabar dengan saudara dan keluarga di Jawa. Tidak itu saja jika ada rejeki dan waktu ia menyempatkan pulang ke kampung halaman kedua orang tuanya yaitu Karangaji dan Tedunan Jepara. (Pak Muin)