Jepara – Desa Surodadi kecamatan Kedung sejak dulu di kenal sebagai desa tempat belajar Ilmu agama Islam. Sampai saat inipun di desa ini masih menjadi tempat belajar atau mondok warga dari luar desa.Namun selain pondok pesantren di desa ini telah berdiri sekolah formal mulai dari PAUD , Madrasah Ibtidaiyah . Madarasah Tsanawiyah , hingga Madrasah Aliyah.
Salah satu tokoh ulama dari desa Surodadi yang dikenal alim adalah KH. Thosin yang nama lengkapnya adalah KH. Muhammad Thosin. Beliau putra Kiai Karmat bin Isma’il, asli Surodadi, Kedung, Jepara. Lahir tahun 1916. Menurut seorang kiai kasepuhan, Mbah Badri, Kiai Thosin masih ada keturunan dari Mbah Pupus, seorang waliyullâh yang lokasi makamnya ada di dekat sebuah belik (sumber air) wilayah Desa Sendang, Kalinyamatan, Jepara.
Dari Sebuah tulisan di Blog Duta Islam menyebutkan Kiai Thosin adalah seorang kiai dan ulama yang sangat alim dalam bidang agama, dan mudah menghapalkan setiap yang dibaca dari kitab kuning. Buktinya, beliau hapal 15 kitab di luar kepala. Bahkan muridnya ada yang menyebut kalau Kiai Thosin hapal 17 kitab —termasuk nadham Jumân (Ilmu Balâghah) dan Kitab Fathul Mu’în (fiqih).
Di usia kelas 2 (SD sekarang), Kiai Thosin sudah hapal Kitab Alfiyah Ibnu Malik yang berisi 1.000 bait syair tentang Ilmu Nahwu. Kiai yang pertama kali mendorong Kiai Thosin kecil menghapalkan Kitab Alfiyah adalah KH. Sholihul Hadi bin Hasbullah, Surodadi, yang kelak menjadi mertuanya.
Karena itulah meskipun beliau sudah wafat namanya masih di kenang sampai sekarang. Muridnya saat ini tersebar di sekitar desa Surodadi dan meneruskan jejak beliau dengan mendirikan pondok pesantren di kampungnya masing masing. Sehingga ilmu Al qur’an dan agama yang diajarkan oleh beliau terus tersebar hingga akhir jaman.
Jazad Mbah KH. Thosin kini disemayamkan di lokasi pondok pesantren tempatnya dulu ,mengajar yaitu di desa Surodadi kecamatan Kedung bagian Selatan tepatnya jalan menuju ke desa Kalianyar. Diwaktu waktu tertentu makam ini diziarahi oleh para santri santri muda untuk ngalap berkah ilmunya. Selain itu juga warga luar desa yang dahulu merupakan santri beliau atau orang yang ingin ngalap berkah.
Makamnya terbuka 24 jam bagi siapa saja yang ingin berziarah atau ngalap berkah karena beliau dulunya adalah tokoh yang alim dan berilmu tinggi.Dengan berziarah ke makam beliau mereka berharap berkah seperti layaknya berziarah ke para Auliya yang dikasihi Allah SWT. ( Pak Muin )