Demak – Menginjak bulan September ini desa Kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Demak mulai krisis air bersih. Meskipun harus membeli dari penjaja air , namun pasokannya tidak menentu. Warung air dari desa Kedungmalang Jepara yang paling dekat kini tidak lagi mencukupi kebutuhan warga dari Demak.
“ Dulu memang mudah mengambilnya namun belakangan ini permintaan makin naik. Sehingga warung air itu selalu kehabisan air . Saya kini membeli air dari desa Panggung atau Surodadi yang jaraknya hampir empat kilometer dari desa Kedungmutih ini “, ujar Iin (35 ) penjaja air dari desa Kedungmutih pada FORMASS, Selasa (9/9).
Iin mengatakan sulitnya air bersih di desa Kedungmalang diakibatkan oleh kebutuhan warga yang selalu naik. Air bersih dari desa Kedungmalang itu selain untuk mencukupi kebutuhan warga desa itu. Juga untuk mensuplai kebutuhan air bersih di desa wilayah Demak misalnya desa Babalan , Kedungmutih, dan Kedungkarang.
“ Setiap hari permintaan selalu naik seiring dengan habisnya persediaaan air hujan mereka. Sebelum bulan September ini saya bisa bolak-balik hingga sepuluh kali lebih. Namun sekarang karena tempatnya jauh paling banter delapan kali ambil”, tambah Iin yang mantan TKI dari Malasyia.
Harga jual air bersih untuk pelanggan menurut Iin juga mulai naik. Dulunya Rp 8 ribu perempat jrigen isi 35 liter , dua bulan naik menjadi Rp 10 ribu . Awal bulan September ini berubah menjadi Rp 12 per empat jrigen. Kenaikan itu dipicu oleh tambahnya ongkos bensin karena tempat ambil air makin jauh. Selain itu membelinya juga ada kenaikan .
“ Dulu kita ambil air dari warung air tidak ada satu kilometer. Kini jarak ambil air jadi tiga sampai empat kilometer. Harga beli air juga mengalami kenaikan dulu perempat jrigen paling Rp 2 ribu kini naik menjadi Rp 4 ribu “, papar Iin.
Sementara itu Sahid (47) warga desa Kedungmutih yang ditemui mengatakan, saat ini air bersih sulit di cari meskipun harus beli. Agar ketersediaan air bersih lancar ia harus punya langganan air 2-3 orang . Jika yang satu tidak berangkat yang lain bisa memasok air ke rumahnya. Setiap hari ia butuh air 4 – 8 jrigen untuk kebutuhan memasak , cuci dan mandi.
“ Istri saya kan punya usaha jualan nasi di pasar untuk kebutuhan masak butuh air bersih setiap harinya. Jika tidak ada air bersih sayapun kesana kemari minjam air pada tetangga. Untuk kebutuhan air bersih saat ini setiap hari ya Rp 12 ribu – 24 ribu. Kadang 1 rit sepeda motor kadang 2 rit sepeda motor “, tutur Sahid .
Sahid mengatakan air bersih bagi warga desa Kedungmutih jika musim kemarau merupakan barang langka . Oleh karena itu ia berharap pipa PAM yang telah tertanam di depan rumahnya itu segera bisa mengucurkan air bersih. Sehingga jika musim kemarau seperti ini warga tidak kesulitan mencari air bersih. Terutama yang mempunyai usaha seperti dirinya yang setiap hari butuh air bersih. (Muin)