Demak – Menjadi mahasiswa di Perguruan Tinggi merupakan cita cita dan harapan siswa kelas 12 .Namun tidak semua siswa menikmati hal ini karena ketatnya persaingan antar siswa dan sekolah.Sehingga sekolah harus mempunyai strategi bagaimana siswanya bisa ikut seleksi masuk perguruan tinggi Negeri. Ketika hasil dicapai ada kepuasan tersendiri bagi pengelola sekolah atau Madrasah.
Hal itu diungkapkan Ahmad Thoifin Kepala MA NU I’anatut Thulab ketika dihubungi kabar seputar muria setelah 12 dari 16 siswa yang diajukan lolos dalan Seleksi Prestasi Akademik Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (SPAN-PTKIN) 1 UIN Pekalongan,9 IAIN Kudus , IAIN Walisongo . Prestasi tahun ini menurutnya perlu disyukuri karena baru tahun 2023 ini siswanya mencapai hasil yang maksimal dibanding tahun sebelumnya.
” Yang sudah sudah paling di bawah 10 siswa namun tahun ini sungguh luar biasa karena ada 12 siswa yang lolos tanpa tes dari Kuota 16 siswa. Jadi kalau disorientasi ya sekitar 75 persen itu bagi kami sekolah di desa merupakan hasil yang luar biasa dan membanggakan . Saya ucapkan terima kasih pada semua yang telah membantu tercapainya prestasi yang membanggakan ini”, kata Ahmad Thoifin
MA NU I’anatut Thulab Mutih Kulon menurut Ahmad Thoifin terus berbenah diri dalam menggapai prestasi lulusannya harus bisa bersaing masuk PTN .Oleh karena itu berbagai cara dilakukan untuk mendampingi siswanya terutama yang ingin meneruskan kuliah ke PTN. Meskipun kemarin di seleksi SNBP umum belum berhasil namun di ajang SNBT ini ada siswanya yang ikut. Siswanya tersebut akan mendapatkan pendampingan dari Mata Air agar mereka lolos PTN.
” Meskipun kami di desa siswa maupun orang tua siswa kami ajak untuk terus melanjutkan kuliah terutama yang kurang mampu memanfaatkan program beasiswa pemerintah. Oleh karena itu setiap tahun ada siswa kami yang lanjut kuliah dari beasiswa misalnya dengan KIP Kuliah.Madrasah mengarahkan mereka untuk lanjut belajar namun jumlahnya masih kecil rata rata siswa kami yang lanjut kuliah paling tinggi 25 persen sisanya mondok atau kerja “, imbuh Ahmad Thoifin
Selain warga Mutih Kulon sendiri yang belajar di Madrasah NU I’anatut Thulab juga datang dari desa desa sekitar. Yang dari luar desa diarahkan untuk mondok di beberapa pondok pesantren disekitar Madrasah. Untuk siswa yang berasal dari desa Mutih Kulon sendiri usai sekolah mereka tetap mengikuti kegiatan ngaji di pondok pesantren. Bahkan untuk Ramadhan ada kegiatan ngaji khusus di Madrasah yang diisi oleh para guru yang diikuti semua siswa.
” Monggo untuk warga luar yang ingin mondok dan sekolah atau sebaliknya sekolah dan mondok bisa datang ke Madrasah kami nanti kita arahkan .Selain MA juga ada MTs dalam naungan Yayasan yang sama sehingga dua duanya bisa tercapai belajar kurikulum dan juga ngaji kitab “, tutup Ahmad Thoifin.(Muin).