Muhammad Miftah,SPd Kepala SD 1 Rahtawu Kudus asli Demak tinggal di Jepara mengajar di Kudus

Kudus – Orang hidup penuh lika liku dan kita harus mengikuti proses lika liku tersebut. Seperti halnya Muhammad Miftah ( 42 ) warga desa Manyargading RT 10 RW 2  kecamatan Kalinyamatan kabupaten Jepara . Saat ini ia menjabat Kepala SD Rahtawu 1 Kudus namun sebelum menjadi Kepala SD di pegunungan Kudus  ini. Ia pernah menjalani berbagai pekerjaan penuh liku-liku.

“ Alhamdulillah saya sangat bersyukur dengan kondisi saya yang sekarang. Meskipun bekerja cukup jauh dari rumah namun tidak menjadi halangan. Jika merunut kehidupan saya yang lalu ini sebuah karunia yang sangat besar bagi keluarga kami “, kata Miftah yang asli Demak mengawali cerita pada kabarseputarmuria Senin 6/2/2023.

Miftah berkisah, ia adalah putra seorang nelayan  di desa Kedungkarang kecamatan Wedung kabupaten Demak. Sehingga ketika lulus MA Tasymirussyubban desa Tedunan kecamatan Kedung kabupataen Jepara ia tak lanjut kuliah karena keterbatasan biaya. Disela sela waktu luangnya setelah lulus MA ia ikut melaut mencari ikan. Selain itu juga kerja serabutan menjadi kenek tukang batu.

Siswa bersalaman dengan bapak ibu guru sebelum masuk kelas

“ Nah kebetulan saya ikut kerja bangunan di SD Kedungkarang kecamatan Wedung menggarap rehab ruangan kelas. Di sela sela kerja saya melihat Bapak Ibu guru yang mengajar dengan pakaian yang rapi . Saya berpikir betapa senangnya ya jadi bapak ibu guru kerja ringan dan dihormati para siswa”, kata Miftah .

Melihat kondisi itulah ia berpikir bagaimana jika ia ikut membantu mengajar di SD tempat ia bersekolah dulu. Dengan penuh pertimbangan dengan teman teman dan keberanian ia datang  ke SD untuk minta ijin berwiyata bakti . Permohonannya itupun mendapat respon dari Kepala Sekolah yang memang di SD itu butuh tenaga. Selain itu Kepala Sekolah juga tahu kemampuannya yang saat itu menjadi Karang Taruna.

“ Ketika itu kalau tidak salah waktu tahun 2002 dan Kepala sekolahnya pak H.Sutiyono. Waktu iku saya mengajar kelas 1 yang pada waktu itu siswanya cukup banyak. Kalau tidak salah ingat honor pertama kalinya Rp 50.000 . Honor itu setiap tahun meningkat dan terakhir meninggalkan SD Kedungkarang honor saya ketika itu sekitar Rp 400 ribuan”, kata Miftah mengingat ingat.

Karena ijasahnya MA dan pada waktu itu sedang ramainya-ramainya penyetaraan ada teman guru Negeri yang menyarankan agar ia kuliah. Sehingga ia ikuti saran temannya untuk kuliah pertama di Unisnu Jepara tapi gagal . Selanjutnya ada info bahwa Unnes membuka kelas jauh D2 PGSD di Jepara. Akhirnya ia mendaftarkan diri karena tak ada biaya iapun pinjam uang kepada kepala sekolahnyauntuk kuliah D2.

“ Awalnya informasi kuliah D2 itu beasiswa namun pas mulai kuliah harus bayar mandiri karena tidak punya uang akhirnya saya pinjam uang kepada Pak H. Sutiyono Kepala Sekolah kami. Orangnya baik yang mendorong saya agar kuliah soal biaya dia yang meminjami . Akhirnya kuliah saya di D2 lulus kalau tidak salah itu tahun 2006. Hutang saya bisa terbayar ketika beasiswa dari pemerintah keluar “, kata Miftah yang suami Mukaromah

Setelah lulus D2 ia tetap bersemangat menjadi guru Wiyata Bakti dan selanjutnya ada kesempatan untuk kuliah lagi S1 UT jarak jauh . Kuliahnya tiap hari Sabtu dan Minggu di SD Bintoro Demak untuk biaya juga awalnya pinjam pinjam sedangkan untuk transportasi karena tidak mempunyai sepeda motor . Untuk kuliah ia pinjam saudara saudaranya bergantian.

“ Untuk transportasi memang dulu keluarga belum punya kendaraan roda dua sehingga ketika kuliah D2 di Jepara saya nebeng saudara yang kuliah di Unisnu. Setelah antar ke Unisnu sepeda motor saya bawa ke SD Muhammadiyah Jepara. Selanjutnya ketika pulang saya samperin saudara ke Unisnu . Kalau kuliah di S1 di Demak saya pinjam motor saudara bergantian hari ini saudara satu hari beikut daudara yang satunya begitu seterusnya “, kenang Muhammad Miftah.

Kegiatan Upacara Bendera

Setelah hampir 10 tahun berwiyata bakti dan ijasah D2 guru keluar dan S1 gurunya proses keluar tahun 2008 ada pendaftaran Guru PNS dan dengan bekal ijasah D2 guru ia mencoba peruntungan namun gagal . Di tahun 2009 ada lowongan CPNS guru iapun mendaftar kembali untuk lowongan di kabupaten Kudus Jawa Tengah dan Kabupaten Tanggamu Lampung ketika pengumuman dua duanya gagal tanpa membuahkan hasil.

“ Meskipun dua kali gagal hal itu tidak membuat saya patah semangat tahun selanjutnya 2010 ada lagi lowongan guru CPNS sayapun kembali mencoba peruntungan dengan bekal ijazah S1. Saya kembali mendaftar di dua tempat yaitu di Tanggamus Lampung dan kabupaten Kudus Jawa Tengah. Alhamdulillah yang di Kudus lolos karena infonya lowongan guru S1 masih kurang sehingga SK saya per Januari 2011 di Kudus”, kata Miftah lagi.

Miftah yang ayah Aqilah Zuhufah, Muhammad Thariq Abdullah dan Muhammmad Rais Alfa Rizqi  menambahkan ketika pengumuman CPNS yang ia ikuti terakhir itu ia tidak berharap banyak seperti dulu. Bahkan ketika pengumuman itu sekolah libur dan waktunya ia gunakan kerja proyek di Jakarta. Ia tahu  bila diterima CPNS Kudus lewat HP adiknya yang digunakan komunikasi dengan panitia. Ia percaya di terima setelah bukti penerimaan via koran ia terima.

Kegiatan shalat dhuja berjamaah di SD 1 Rahtawu Kudus

“ Pertama kali saya ditugaskan sebagai guru kelas di SD 4 Rahtawu  Kudus  yang termasuk di puncak gunung . Saya jalani sekitar 10 tahun dan tahun 2022 Alhamdulillah saya berhasil lolos dalam tes Kepala Sekolah dan kini saya bertugas sebagai Kepala Sekolah SD 1 Rahtawu yang jaraknya kurang lebih 3 Km dari tugas pertama “, ungkap Miftah.

Setelah menjadi Kepala Sekolah ini ia bertambah syukur dengan semakin rajin menjalankan tugas . Apalagi sekarang menjadi pimpinan yang harus menjadi contoh guru yang lain. Selain itu ia juga terus memberikan motifavasi kepada seluruh siswa untuk berkarakter . Oleh karena itu nilai nilai agama Islam ia terapkan dalam pembelajaran. Misalnya masuk sekolah harus bersalaman dengan guru ,kegiatan shalat dhuha berjamaah dan kegiatan lain yang positif untuk pengembangan karakter siswa.

“  Dengan rajin bekerja dalam menjalankan tugas mengajar adalah salah satu rasa syukur kita pada Allah SWT. Itulah pengalaman hidup saya selama kurang lebih 20 tahun mengajar penuh lika liku semoga menjadi pembelajaran bagi teman guru yang lain yang masih dalam tahap Wiyata Bakti . Insya Allah perjuangan kita akan mendapat keberhasilan tidak hari ini besok pasti “, kata Miftah menutup sua. ( Pak Muin ).