Demak – Salah satu kesenian Islami yang saat ini masih dilestarikan adalah Terbang atau Rebana Bantenan. Ciri khasnya adalah rebana atau terbangnya besar besar dan jumlahnya banyak.Selain itu syair yang dilantunkan berupa sholawat dengan gaya lama .Sehingga kebanyakan yang memainkan rebana dan vokalnya adalah berusia lanjut.
Seperti halnya yang tampil di acara khitanan massal tabarukan Haul Sultan Fatah ke 502 di Aula belakang Masjid Agung Demak. Grup Rebana Bantenan dari kampung Kauman Kelurahan Bintoro Demak mengisi selingan acara di acara tersebut. Pemain grup rebana ini tak ada yang muda rata rata usianya diatas 60 tahun.Namun mereka tetap semangat dalam memainkan rebana maupun melantunkan sholawat.
” Wah grup rebana Bantenan ini sudah puluhan tahun ada. Saya masih muda grup ini sudah ada kalau 30 tahun mungkin sudah ada. Karena dirawat dengan baik alat alat musik rebana ini awet sampai sekarang.Tempat penyimpanan alatnya di Musholla kampung Kauman”, kata Mbah Hadziq (74) salah satu anggota grup rebana Bantenan kampung Kauman Demak Bintoro pada kabarseputarmuria Minggu 1/1/2023
Grup Rebana Bantenan dari kampung Kauman ini menurut mbah Hadziq sering memeriahkan acara di kabupaten dan juga Masjid Agung yang rutin adalah mengarak Tumpeng Songo di acara Gerebeg Besar. Selain itu juga mengisi acara pengajian dan acara lain di Masjid Agung seperti khitanan massal rutin setiap tahun yang diadakan Ta’mir Masjid .
” Selain itu memeriahkan acara acara warga di kampung misalnya ngiring pengantin sunat, mengisi dan mengiring pernikahan. Sehingga meskipun anggotanya sudah sepuh tetap masih semangat. Contohnya ini mbah Ikhsan sebagai vokalis sudah usia mau 80 tahun “, tambah mbah Hadziq.
Mbah Hadziq menambahkan saat ini sulit mencari penerus kesenian rebana Bantenan ini. Oleh karena itu meskipun usia lanjut mereka tetap setia berkarya seni untuk masyarakat. Anak anak muda lebih senang memainkan rebana dan sholawatan modern . Jika tidak dimainkan atau dijalankan kesenian rebana atau terbang Bantenan ini bisa punah atau hilang di telan jaman.
” Padahal ini salah satu bentuk dakwah Islam lewat seni.Selain itu juga sebagai wahana untuk mengagungkan kanjeng nabi Muhammad SAW. Dengan adanya rebana ini bacaan Maulidul Rasul lebih terasa jika didengarkan”, tutup Mbah Hadziq. (Pak Muin)