Demak – Desa Merdeka : Meskipun musim kemarau mulai diambang pintu , namun hal ini tidak membuat “grogi” Busri pengepul garam dari desa Kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Demak. Garam simpanannya sekitar 300 ton masih ngendon di gudang. Dia berharap masih ada kenaikan harga garam satu atau dua bulan ke depan.
“ Biasanya kalau sudah bulan April atau Mei harga garam tidak merosot seperti ini . Padahal stok garam ditingkat petani sudah menipis apalagi saat ini masih turun hujan “, ujar Busri pada FORMASS , Sabtu (10/5).
Busri mengatakan kerugian petani garam di musim yang lalu cukup banyak selain harga garam yang cenderung turun. Bulan Januari yang lalu banjir besar juga melanda . Puluhan gudang garam petani hancur diterjang oleh air banjir.
“ Saya sendiri kehilangan garam lebih dari 100 ton di gudang. Ada ratusan petani yang nasibnya sama dengan saya. Jadi stok garam habis karena diterjang banjir “, tambah Busri.
Menurut Busri merosotnya harga garam ini terjadi hanya pada tahun ini saja. Yang sudah-sudah jika musim penghujan tiba harga garam pasti beranjak naik. Ketika panen raya harga jatuh sudah biasa karena kelebihan barang.
“ Tapi tahun ini kelihatannya sulit bagi petani untuk memprediksikan harga garam. Meskipun saat ini stok garam sudah menipis namun harga garam tidak ada kenaikannya “, kata Busri
Namun demikian dia tidak berkecil hati. Meskipun saat ini masih rugi namun ia bersabar untuk menahan stok garamnya di dalam gudang. Dia berharap hujan masih terus mengguyur sehingga musim garam mundur satu atau dua bulan ke depan.
Garamnya sejumlah 300 ton masih dibiarkan didalam gudang . Iapun menyibukkan diri dengan menggarap lahan tambaknya. Selain hidup dari berjualan garam iapun hidup dari memelihara udang dan Bandeng.
“ Ya gimana lagi belum ada kenaikan ya di tahan dulu. Siapa tahu tidak ada musim garam karena hujan terus . Harga garam pasti naik dengan sendirinya “, kata Busri. (Muin)