Jepara – Profesi apapun jika ditekuni dan diimpi-impikan sejak kecil akan terasa nyaman sampai kapanpun . Seperti halnya yang kini dijalani Pelda A. Kharis ( 51 ) warga desa Sowan Lor RT 08 RW 02 kecamatan Kedung kabupaten Jepara. Tidak terasa profesi yang dijalani usai SMA sampai kini sudah lebih tiga puluh tahun ia jalani penuh suka cita.

Berawal dari cita citanya sejak kelas 3 SD ingin menjadi tentara usai tamat di SMA Muhammadiyah Jepara Kharis mendaftarkan diri masuk seleksi tentara dengan berbekal ijasah SMA atau Bintara. Berbagai tes ia jalani dengan kesungguhan hati dan do’a yang selalu dipanjatkan . Namun karena belum rejekinya ia gagal di tes Secaba dan pupus harapannya menjadi tentara.

“ Memang awalnya sih kecewa namun hal itu tidak meluruhkan semangat saya untuk menjadi tentara. Ketika ada pendaftaran Secatam atau tamtama saya kembali mendaftar lagi . Alhamdulillah seleksi Catam saya jalani dengan kesungguhan berbekal kegagalan di Caba. Ketika pengumuman akhirnya nama saya tertera dan masuklah saya sekolah Tamtama di Gombong “, aku Kharis .

Setelah selesai pendidikan Catam tahun 1992 iapun resmi menjadi tentara dan langsung ditempatkan di batalyon di daerah Gombong. Hari harinya dilaluai denga pengamdian kepada negara sebagai TNI. Seberat apapun tugas yang diembannya ia jalankan dengan senang hati. Bahkan ia pernah ditugaskan ke Timor Timur yang masih bergejolak jaman presiden masih pak Harto.

“ Saya tugas di Timor Timur sekitar satu tahun , itulah hari hari terberat sebagai TNI karena harus bergrilya perang melawan gerombolan fretelin pada waktu itu. Alhamdulilla tugas itu saya jalani dengan baik dan selamat dan kembali lagi ke Jawa Tengah “, cerita Pelda Kharis pada kabarseputarmuria Rabu (20/4).

Setelah 18 tahun bertugas di luar Jepara Kharis ingat kembali ke Jepara tahun 2010 dab ditugaskan di Koramil Kedung sebagai Babinsa di desa Kedungmalang.Ketika mendapat tugas sebagai Babinsa ia terima tugas itu dengan senang hati . Ia telah terbiasa membaur dengan warga desa. Sehingga kepulangan ke Jepara ia syukuri betul meski sang istri harus pindah tugas juga karena ASN Kemenag.

“ Alhamdulillah saya kembali ke desa kelahiran saya sudah 12 tahun ini . Istri ikut pindah tugas di Kantor KUA di Jepara . Sayapun kini sudah membuat rumah di desa kelahiran saya saya Sowan Lor . Tempat tugas di desa Kedungmalang juga tidak terlalu jauh saya betul betul bersyukur “, kata Kharis yang putra seorang guru.

Dari perkawinannya dengan Istri tercintanya Kharis di karuniai 2 oarang putra cowok. Yang pertama sudah bekerja di Jakarta dan yang kedua masih menempuh pendidikan di SMA. Ia mengaku tidak kecewa meski dua orang putranya tidak ada yang mengikuti jejaknya sebagai tentara. Ia menyerahkan sepenuhnya kepada putranya untuk memilih profesi sesuai dengan bakat dan kemampuan anaknya. Ia tahu semua itu kehendak yang maha kuasa.

Tidak terasa masa pengabdiannya tinggal beberapa tahun lagi hal ini membuat ia tertap semangat menjalankan tugasnya di desa binaan. Selain itu di sela sela tidak bertugas ia menjalankan hobinya nggowes bersama teman-temannya. Jika ada waktu libur atau luang dengan komunitasnya GTN ( Gowes Tanpa Nama) Jepara ia nggowes di area jepara atau keluar kota. Kota kota yang pernah disinggahinya nggowes antara lain Pati, Semarang,Kendal hingga Sragen.

“ Ya bersepeda itu selain hobi juga untuk tetap menjaga fisik tetap fit. Sebagai tentara fisik yang fit adalah hal yang utama ,. Sehingga jika ada waktu luang saya gunakan untuk nggowes bersama teman temannya. Jika nanti sudah purna kegiatan nggowes justru jamnya bertambah “, kata Kharis yang dua tahun lagi memasuki masa purna sebagai TNI. ( pak Muin)