Semarang – Moderasi tidak hanya milik satu agama, lebih tepatnya moderasi beragama lekat pada setiap agama. Dalam melangsungkan terjadinya moderasi beragama, terdapat tradisi beragama yang sudah berlangsung lama, dan pada setiap agama terdapat tradisi masing-masing.
Nah ini juga ada kaitannya dengan webinar yang diadakan oleh Mahasiswa KKN MIT DR 13 Kelompok 53 & 54 dan didampingi oleh DPL Bapak Ali Masykur, S. H., M. H. Yang dilaksanakan Minggu 13 Februari 2022 yang mengangkat tema Moderasi Beragama “ Hari Valentine dalam Perspektif Islam (Kasih Sayang dalam Keberagaman)” dengan narasumber oleh bapak Pemateri Webinar Dr. Imam Yahya, M.Ag. ketua rumah moderasi beragama UIN Walisongo, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Dalam kegiatan ini diawali Master of Ceremony oleh anggota KKN Kelompok 53 Mita Rohmania dan Moderator yaitu Wahyu Adjie Prastiyo. Webinar kali ini diadakan dengan media zoom yang berlangsung kurang lebih 2 jam dengan peserta 53 dari kalangan masyarakat umum dan Mahasiswa UIN Walisongo yang sangat antusias walaupun webinar kali ini diadakan pada weekend.
Pada Webinar ini narasumber mengatakan Sebagaimana kita ketahui, Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap dan perilaku selalu mengambil posisi di tengah tengah, selalu bertindak, adil dan berimbang, dan tidak ekstrim dalam praktek agama.
Mengenal valentine day yaitu hari kasih sayang, hari dimana mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya. Valentine adalah seorang pendeta Romawi pada abad ketiga masehi yang diam-diam menikahkan setiap pasangan kekasih. Ia mati dieksekusi oleh Kaisar Cladius II, pada 14 februari 270 M. dan pada abad kelima Masehi, tanggal 14 Februari ditetapkan sebagai Hari Valentine oleh Paus Roma Gelasius.
Kemudian hari valentine dikaitkan hingga saat ini. Pandangan islam tentang valentine day yaitu mengharamkan secara mutlak: MUI dengan fatwanya nomor 3 tahun 2017 berdalil bahwa hari valentine bukan termasuk daam tradisi islam. Dan memandang valentine day sebagai tradisi budaya yang perlu diluruskan.
Sikap Moderasi yaitu pahami bagaimana islam dimaknai dan dipraktekkan di bagian lain dunia. Dan pahami bagaimana islam dimaknai dan berdaptasi dengan unsure kearifan dan budaya local. Dan miliki perspektif yang moderat (tidak ekstrem,tidal liberal).