Semarang –  Mahasiswa KKN MIT DR 13 Kelompok 54 mengadakan podcast ngaji online dengan tema “Ngaji Hakikat, Ngaji Ma’rifat dan Ngaji Manfaat Dakwah walisongo”  yang diselenggarakan pada tanggal 1 Februari 2022. 

Tokoh walisongo pasti dikaitkan dengan penyebaran agama islam di Indonesia. Di tanah Jawa walisongo sukses menyebarkan agama islam melalui dakwah dan kebudayaan masyarakat. 

Narasumber Kyai Supriyanto menjelaskan bahwa persebaran agama islam di Jawa Tengah dimulai di daerah Demak, walisongo memiiki peran besar dalam penyebaran agama islam di jawa dengan tidak mengunakan paksaan dalam berdakwah. Sesuai namanya Walisongo terdiri dari sembilan waliyullah yang tersebar di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Setiap wali memiliki ciri khas masing-masing dalam berdakwah.

Di Jawa Tengah, Demak terkenal dengan walinya yaitu Sunan Kalijogo yang berdahwah melalui budaya pagelaran wayang kulit dengan syarat masyarakat yang ingin menonton pertujukan terebut harus membaca dua kalimah syahadat.

Bukti lain persebaran islam di demak yaitu adanya masjid agung demak yang terbuat dari serpihan kayu jati dalam bahasa jawa di sebut dengan “ soko tatal”. 

Di wilayah kudus terdapat sunan kudus yang bernama Syayyit Ja’far Shadiq, ciri khas dakwah beliau yaitu dengan pendekatan adat kebudayaan. Sebelum adanya islam di kudus mayoritas agama masyarakat adalah hindu, sunan kudus dalam berdakwah menerapkan untuk tidak menyembelih sapi di daerah kawasan kudus, hal ini wujud dakwah dan toleransi karena sapi salah satu hewan yang diagungkan dalam agama hindu.

Sunan muria berdakwah lewat kesenian, seperti gamelan, wayang, dan tembang jawa. Ajaran yang disampaikan oleh sunan muria meliputi penghaytan kebenaran, kesederhanaan, kedermawanan, ketaatan pada Allah, dan bijak dalam menghadapi budaya masyarakat. 

Wilayah jawa timur yang cukup banyak wali tersebar dalam berdakwah. Di mulai dari wilayah gresik terdapat sunan Gresik yang bernama Maulana malik ibrahim yang diangap pertama kali menyebarkan islam di tanah jawa, yang merupakan wali senior dari yang lainnya. Ia mulai berdakwah dengan mendirikan masjid pertama di desa Pasucinan, Manyar.

Berlanjut ke Surabaya terdapat sunan Ampel yang menyampaikan dakwah dengan dasar yang sederhana yaitu dikenal dengan “ Moh Limo” yang berarti tidak melakukan lima hal yang tercela yaitu: Moh Main, Moh Ngumbe, Moh Maling, Moh Madat, Moh Madon. Berlanjut ke Tuban terdapat sunan Bonang, dalam berdakwah sunan Bonang memanfaatkan berbagai cara terutama seni dan sastra.

Media dakwah yang digunakan diantaranya yaitu suluk, lagu, dan juga alat musik bonang. Wilayah yang lain terdapat Sunan Giri yang dikenal sebagai pendakwah melalui permainan anak-anak.

Permainan yang masih populer hingga sekarang yang diciptakan oleh sunan Giri yaitu: jelungan, jamuran, gendir getir, dan cublak-cublak suweng. Di wilayah lamongan terdapat sunan Drajat beliau berdakwah melalui seni Tembang dan Gamelan. Tembang yang kerap digunakan dalam berdakwah yaitu tembang pangkur. 

Di Jawa barat hanya terdapat satu wali, yaitu sunan Gunung jati yang terdapat di daerah cirebon, dalam berdakwah sunan gunung jati menerapakan beberapa cara seperti melalui pernikahan, akulturasi budaya, kesenian. Syarif hidayatullah atau sunan gunung jati juga menyebarkan agama islam melalui peperangan pada saat memperjuangkan kesultanan Cirebon.