Semarang  – Rowosari, 29 Oktober 2021, Segenap mahasiswa KKN UIN Walisongo kelompok 94, mengadakan kegiatan ‘Ngaji Online’ dengan tajuk “Ngaji Online Kesetaraan Gender dalam Kajian Kitab Mambaussa’adah” yang mana kegiatan tersebut merupakan bentuk gerakan peduli gender yang direalisasikan oleh Kelompok 94 KKN UIN Walisongo Semarang.

Menghadirkan pemateri yang kompeten, kegiatan tersebut berlangsung lancar dan renyah disetiap pembahasan. Mengingat kesetaraan gender masih menjadi isu hangat, yang beritanya tak lagi mencuat. “ sebagai generasi muda yang peduli, kami berusaha menjadi penyambung lidah dan juga pelaku dari kesetaraan gender itu sendiri” ujar Koordinator Kelompok KKN 94 UIN Walisongo.

Kitab mambaussa’adah sendiri, merupakan kitab karya KH. Faqihuddin Abdul Qadir. Kitab ini mendorong relasi yang adil dalam pernikahan sehingga dapat menjembatani terjalinnya keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.

“kesetaraan gender kali ini bukan membahas menganai sesuatu yang qodrati, karena segala yang qodrat sudah diatur. Maka kali ini kita membahas sesuatu yang tidak qodrati dari laki-laki dan perempuan, agar tercipta ketersalingan dan keharmonisan” ujar Hijriyah, S.Pd.I, pemateri pada ngaji online, yang juga menjabat sebagai Direktur KSMW, dan juga Pimpinan Redaksi Jurnal Edukasi.

“ pembahasan ini rasanya relate sekali dengan kehidupan saat ini, dimana independent woman sudah mulai merebak dibanyak bagian negeri, bahkan sudah teralisasi di negara tetangga lebih awal dari Indonesia. Yang disayangkan adalah, hal ini tidak tersebar dengan rata, yang artinya masih ada dan mungkin banyak yang mengkotak-kotakkan antara pria dan wanita pada hal yang sebenarnya tidak qodrati” ujar Salsabila, moderator ngaji online Jumat, 29 Oktober 2021.

Dan rasanya kesetaraan gender memang harus terus disuarakan sampai mencapai titik setara yang sesungguhnya sesuai dengan perkembangan zaman yang ada. Pada akhir sesi, ada empat pesan dari pemateri “ dari kegiatan kita siang ini, saya ingin berpesan pada teman-teman sekalian, yang pertama pembagian peran antara laki-laki dan perempuan perlu diperjelas lagi, wanita bukan hanya bertugas di dapur saja, dan pria tidak hanya wajib bekerja. Yang kedua, kesetaraan gender artinya Amarma’ruf Nahi Munkar. Yang ketiga, karena konsep kesetaraan gender adalah ketidak adilan, maka resahlah dengan ketidak adilan sebagai alasan gerakan ini terus berjalan dan disuarakan. Sebagai manusia yang sadar dan paham, ayo kita giring kesetaraan agar tercipta ketersalingan dan keharmonisan.” Jumat, 29 Oktober 2021.