Jepara – Senin,01/11/2021. Hampir dua tahun masyarakat di seluruh dunia dihadapkan dengan pandemi covid-19, tanpa terkecuali para pengrajin mainan tradisional. Desa Karanganyar Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara yang mayoritasnya penduduk bermata pencaharian sebagai pengrajin dan penghasil mainan tradisional anak-anak juga merasakan sepi dari pemesanan sampai mengalami penyusutan pendapatan.
Saat pemerintah menetapkan PPKM sudah mencapai level 3 para pengrajin kembali merintis usahanya walaupun pendapatan masih jauh dibandingkan dengan sebelum pandemi.
“Saya mengamati warga disini terlihat biasa saja ketika masyarakat Indonesia disibukkan dengan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan agar menghambat virus menyerang tubuh mereka, namun yang saya lihat warga disini sekedar agar bisa bekerja untuk makan keesokannya, padahal mereka juga perlu mendapatkan penghasilan yang cukup untuk meneruskan biaya sekolah dan kuliah anaknya yang setiap bulan atau semester harus segera dibayarkan”. Ujar Wulan seorang Mahasiswi Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini UIN Walisongo yang mengadakan KKN di desa ini.
Tidak sekedar wawancara dengan warga sekitar, Wulan juga ikut serta membantu mengerjakan sembari bercakap-cakap kepada pekerja di suatu tempat pemilik usaha kerajinan mainan itu.
“Adanya pandemi ya di syukuri saja, namanya juga ciptaan Allah mbak, jadi lakukan apa saja yang sekarang bisa kita lakukan, pasrah atas kehendak Allah apapun itu”. Tanggapan Bu Inem nama samaran yang tidak berkenan di publikasi namanya.
Sungguh unik, Desa yang terletak berseberangan dengan Kabupaten Demak itu walaupun mengalami kerugian dari awal pandemi masuk Indonesia justru masyarakat mampu memberdayakan diri dengan memanfaatkan lahan tanggul (pembatas sungai) untuk ditanami jenis sayuran untuk tetap bertahan dalam krisis ekonomi yang terjadi.
“Lah tiyang Karanganyar niku ndilalah di paringi gampil, nopo mawon mboten perlu di damel susah, usum rendheng nggih nderek garap sawahe tiyang kang gadah sawah, wayah ketigo nggih nanduri sawah utowo tanahe sinten mawon sing angsal ditanduri”. Ujar Pak Sokib dalam bahasa Jawa yang dijumpai kala itu.
Wulan juga berpendapat, dibesarkan di daerah tersebut adalah sebuah karunia yang diturunkan oleh Tuhan. Nilai sosial-budaya, ilmu lingkungan yang ada di Desa Karanganyar dapat menjadi pedoman siapa saja yang pernah singgah di sana. Semoga dengan berdayanya para penduduk di sana saat ini mampu menjadikan masyarakat tetap rukun dan selalu menciptakan produk mainan baru khas Nusantara.