Jepara – Perahu adalah sarana bagi nelayan untuk menagkap ikan ke laut . Perahu berbahan kayu jati ini jika baru membutuhkan dana Rp 50 juta – Rp 75 juta yang digunakan untuk mencari teri atau Ndogol. Tidak semua nelayan sat ini bisa membeli perahu baru . Kebanyakan nelayan memperbaiki perahunya yang mulai rusak . Meskipun kondisinya sudah tua perahu tersebut tetap digunakanb untuk melaut.
Zainal Arifin (55) nelayan asal desa Kedungmalang kecamatan Kedung misalnya pada kabarseputarmuria mengatakan , perahu yang digunakan untuk melaut saat ini dalam tahap perbaikan . Papan bagian lambung kapal ada yang bocor karena perahu sudah sangat tua. Ia telah menggunakan perahu itu umtuk melaut sekitar 27 tahun . Ketika itu ia membeli tidak baru.
“ Perahu ini sudah ada 27 tahunan untuk melaut . Saya beli dulu Rp 6,5 juta sudah mengalami rehab 3 kali ini , yang pertama habis 8 jutaa . Yang kedua ya sekitar 10 jutaan dan yang ketiga ini paling parah biayanya lebih besar lagi.Untuk beli baru tak ada uang jadi terpaksa di rehab terus “,ungkap Zainal Arifin.
Zainal Arifin menambahkan ia berprofesi sebagai nelayan sejak kecil . Sampai sekarangpun nelayan satu satunya pekerjaan untuk menghidupi keluarganya. Semua kebutuhan keluarga tercukupi dari menjadi nelayan. Meskipun hidup seadanya hasil dari nelayan bisa untuk biaya hidup , menyekolahkan anak dan kebutuhan lain.
“ Ya gimana ya memang pekerjaannya hanya nelayan cari ikan ke laut . Dikatakan cukup ya cukup . Ya bisa untuk menyambung hidup saja untuk mengganti perahu baru tak ada modl atau simpanan. Ya terpaksa di rehab seperti ini . Yang penting aman untuk miyang ke laut bersama teman teman “, tambah Zainal Arifin.
Zainal Arifin bersama 6-7 temannya mencari ikan teri yang disebut dengan ndogol. Ia dan teman temannya khusus menangkap ikan teri . Musim ikan teri biasanya dimulai bulan Mei dan kurang lebih selama 7-8 bulan. Sehingga ada waktu waktu tidak miyang karena tak ada ikan teri. Penghasilan nelayan tidak tentu kadang dapat banyak kadang dapat sedikit .
“ Ya kalau sedang ramai atau banyak tangkapan sehari bisa dapat Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribu . Kalau sedang sepi ya kadang balik tak ada hasil. Ya sebagai nelayan harus pandai atur keuangan “, kata Zainal Arifin lagi.
Melihat kondisi ini Zainal Arifin berharap ada perhatian pemerintah kepada nelayan seperti dia . Misalnya dengan pemberian bantuan atau stimulant misalnya berupa mesin perahu , alat tangkap ikan atau bentuk biaya untuk rehab perahu. Rata rata perahu nelayan di desa butuh perehaban agar aman digunakan untuk miyang kelaut. (Pak Muin)