GGN (Gudang Garam Nasional ) Jepara di desa Kalianyar kecamatan Kedung kabupaten Jepara
Jepara – Bulan Juni biasanya sudah memasuki musim kemarau dan petambak garam di Jepara mulai panen. Namun tahun ini di bulan Juni masih ada hujan sehingga menghambat petambak garam untuk memproduksi garam. Namun demikian hujan di bulan Juni ini disambut gembira beberapa petambak garam yang masih mempunyai simpanan garam di gudang.
Dengan lambatnya produksi garam di Jepara diperkirakan harga garam akan mulai merangkak naik. Beberapa petambak garam masih menunda penjualan garam di gudang karena cuaca yang masih hujan. Dengan menunda penjualan garam setidaknya ada keuntungan tersendiri karena para pengepul pasti akan menunggu garam kembali dijual. Penundaan penjualan garam oleh petani karena mereka menunggu harga garam lebih baik.
Sokhib Petambak garam dari desa Kalianyar mengatakan ,jika terus hujan ke depan diperkirakan tahun ini produktifitas garam akan turun. Seiring dengan penurunan produktifitas garam diperkirakan gharga garam akan naik dengan sendiri. Saat ini kondisi garam di lahan masih ada sekitar dua puluh persen sisi stok tahun kemarin. Jika tahun ini misalnya produksi garam separuhnya tentunya pasokan akankurang pada tahun ini.
“ Jika pasokan kurang tentunya harga garam pasti naik dengan sendirinyas. Inilah yang ditunggu tungu oleh para penyimpan garam seperti saya. Tahun kemarin saya menyimpan garam di GN desa Kalianyar sekitar 600 ton garam dengan harga perkwintalnya Rp 60 ribu. Nanti jika harga sudah beranjak menjadi Rp 100 ribu ke atas garam akan saya jual “, kata Sokhib yang juga Pengurus KSU “Mina Brokah” Desa Surodadi kecamatan Kedung kabupaten Jepara.
Sokhib yang puluhan tahun bergelut dengan garam menambahkan , harga garam pada tahun ini tidak begitu bagus bagi petambak garam. Sehingga pada tahun kemarin banyak petambak yang menyimpan garamnya , namu garam garam itu mulai dijual seiring dengan datangnya musim kemarau. Namun ketika musim kemarau ini masih hujan mereka banyak yang menahan garamnya kembali . Mereka tak menjual garamnya menungu harga naik.
“ Meskipun masih hujan namun dengan teknologi geomembran ini , meskipun hanya dua bulan panas terus petambak garam masih bisa panen garam . Meskipun hasilnya tak sebanyak tahun kemarin namun tahun ini mereka masih bisa panen garam. Jika tak ada geomembran dipastikan mereka kesulitan produksi garam di tahun ini “, tambah Sokhib.
Sokhib yang setiap tahun menyediakan geomembran untuk petambak garam mengatakan , dulu orang tidak mau diajak alih teknologi menggunakan geomembran dibantu gratis malah banyak yang dijual dengan harga murah. Namun sat ini tak ada bantuan geomembran mereka ramai ramai membeli meski harganya cukup tinggi . Karena dengan teknologi ini petambak gaaram bisa meningkatkan kuantitas dan kualitas garam krosok. Sehingga kini petambak garam ramai ramai menggunakan geomembran tanpa ada yang menyuruh.
“ Tahun kemarin KSU Mina Barokah bisa menjual geomembran 200 gulung lebih , dan pada tahun 2021 ini sudah laku 100 gulung . Jika ada panasnya petambak pasti ada yang beli geomembran kesini “, rtambah Sokhib. (Muin)