Jepara – Saat ini tidak banyak pemilik lahan sawah yang menggarap sawahnya.Apalagi banyak sawah yang dijual pada warga luar desa.Hal inilah peluang yang dimanfaatkan Haji Jalal warga desa Ujung pandan kecamatan Welahan sebagai penggarap sawah. Pekerjaan sebagai penggarap atau penyewa sawah sudah ia jalani lebih 25 tahun.

Selain menyewa lahan sawah di desanya ia juga menyewa lahan sawah di desa tetangga. Ia memang memiliki lahan sawah namun hanya 2 bau saja ,sedangkan total garapan sawah pada tahun 2021 ini ada 20 bau.Sehingga pada tahun ini ia menggarap lahan milik orang lain sejumlah 18 bau.

” Rata rata garapan sawah setahunnya ya sekitar 20 bau ,sawah itu ada yang bengkok milik perangkat desa ada juga yang milik warga luar desa.Pekerjaan penyewa saya jalani sebelum berumah tangga “, kata Haji Jalal pada kabarseputarmuria Selasa (27/4)

Selama menggarap sawah sistem sewa ini Haji Jalal mengaku banyak untungnya .Meskipun kadang juga rugi karena hasil panen tidak sesuai dengan target.

Selain itu harga gabah juga rendah sehingga hasil panen tidak bisa menutup operasional. Namun demikian hal itu tidak menjadi penghalang untuk tetap menekuni pekerjaan sebagai penggarap sawah dengan sistem sewa.

” Contohnya musim tanam pertama tahun ini hasil panen sedikit karena banyak penyakit.Selain itu harga gabah juga rendah sekitar Rp 400 ribu perkwintal basah .Jadinya ya impas mudah mudahan MT II ini hasil bagus dan harga gabah naik”,kata Haji Jalal lagi.

Agar hasil panen dapat untung setiap satu bau sawah minimal harus dapat padi basah 5 ton sedangkan harganya Rp 500 ribu perkwintalnya.

Oleh karena itu ia berharap pemerintah ada upaya untuk menstabilkan harga gabah ketika panen raya .Selain itu juga ketersediaan pupuk urea dan yang lainnya.Sehingga kegiatan menanam padi berjalan lancar. ( Muin ).