Maftukhul Alim ,M Pd I bersama Istri dan Kedua Putranya

Semarang  – Keberhasilan atau kesuksesan tidak datang begitu saja namun perlu perjuangan keras untuk meraihnya. Jika orang dalam kondisi terpuruk atau sedang susah jangan dibully berilah support agar berhasil apa yang dicitakan. Namun setelah berhasil atau senang janganlah sombong justru rendah diri dan pertahankan.

Itulah yang kini dijalani oleh Maftukhul Alim,S Pd I, MPd I Guru PAI SMA Sultan Agung I semarang yang belum lama ini keluar sebagai juara 1 Guru PAI berprestasi jenjang SMA se kota Semarang. Semua itu berkat kerja keras dan pengabdian tek henti di tempatnya bekerja. Selain itu juga buah dari terus belajar dan belajar .

Pria kelahiran desa Babalan kecamatan Wedung  kabupaten Demak 35 tahun  yang lalu mengaku prestasi di sekolahnya biasa biasan saja. Ia bersekolah SD di desa Babalan sebuah desa pesisir yang ketika itu terisolir karena jalannya masih blethok . Ia lulus tahun 1998 dan melanjutkan di sekolah menengah MTs Nurul Ittihad di desa yang sama dan lulus tahun 2001.

Usai lulus MTs iapun meneruskan kesekolah jenjang selanjutnya yitu di MA Ribhul Ulum desa Kedungmutih kecamatan Wedung kabupaten Demak . Di Madrasah Aliyah ini ia harus nglajo dari rumahnya kurang lebih dua kilometer. Kadang naik sepeda onthel , kadang jalan kaki kadang juga nunut orang yang naik sepeda motor. Di sekolah ini ia lulus tahun 2004 dengan hasil yang tidak mengecewakan.

“ Terus terang di MA Ribhul Ulum inilah saya dapat banyak tambahan ilmu dan juga pencerahan dan akhirnya saya ingin kuliah meskipun orangtua dari kalangan biasa. Selain itu saya ingat mulai mengenal computer juga di bangku MA ini dari rentalan dekat sekolah dan itu masih saya ingat karena membuat kuliah saya di IAIN Semarang (UIN Semarang) lebih lancar “, kata Alim mengenang.

Suami dari Khumaedah ini menuturkan usai lulus MA iapun meneruskan kuliah ke IAIN Semarang dan mengambil jurusan PAI . Ia memang suka dengan dunia kependidikan sehingga kuliahnya tidak begitu sulit . Sehingga ia bisa menyelesaikan kuliahnya di IAIN Semarang tahun 2009 dengan prestasi cumlaude.

Usai lulus IAIN penginnya pulang kampung untuk mengamalkan ilmunya ,namun ia pesimis karena ia tidak bisa mengajar karena tidak punya kenalan orang yayasan di desa. Sehingga iapun mencoba membuat lamaran jika ada yang membuka lowongan. Berkali kali ia mengirim lowongan dan beruntung ia dipanggil salah satu yayasan yang termasuk besar dan di kenal yaitu Yayasan Sultan Agung untuk posisi guru di SMA Sula 1 di tengah kota Semarang.

“ Pada tes itu yang mengikuti puluhan orang , berkat tekad serta kemauan dan kemampuan, saya beruntung bisa lolos dan bisa mengajar mulai tahun 2009 sampai sekarang. Itu yang menjadi motivasi saya jika ada kemauan pasti ada. Orang yang berhasil bukan karena pintar saja namun karena ketekunan dan kerja keras “, kata Maftuhul Alim ayah dari M.Daafa dzul khilmi dan Maysah zenita qirani.

Setelah bergabung di Yayasan Sultan Agung Semarang minatnya belajar kembali berkobar iapun meneruskan pendidikan S2 di Universitas Sultan Agung dengan mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam dan tahun 2017 dengan mendapat gelar Magister Pendidikan Islam atau MPd.I. Dengan tambahan gelar itu kiprahnya di pendidikan agama Islam semakin berkembang.

Selain tetap mengajar di sekolah , ia juga memberikan ilmunya dilingkungan masyarakat dengan memberikan pengajian di kampung sekitarnya dan juga menyampaikan khotbah di Masjid Masjid di kota Semarang. Kegiatan dikampungnya juga tidak diabaikan begitu saja diantara aktif dalam kegiatan kemasyarakatan di RT atau RW setempat. Terakhir menjadi Ketua KPPS Pemilihan Walikota di desa Rowosari kecamatan Tembalang Semarang.

Maftukhul Alim berpesan kepada adik adiknya yang di desa , janganlah berkecil hati dalam mencapai cita cita . Selalu rajin belajar serta sungguh sungguh dalam menekuni studi atau belajar di jenjang manapun. Rintangan pasti ada namun dengan kemauan yang kuat akan tercipta kemampuan yang bisa meraih cita cita seperti dirinya. Meski dari desa namun bisa berprestasi di kota yang penuh dengan persaingan. ( Pak Muin ).